PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Unggas (poultry)
adalah salah satu ternak yang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan protein di
Indonesia karena harganya yang relatif murah dan juga mengandung zat gizi yang
lengkap dalam pemenuhan gizi masyarakat..Termasuk kelompok unggas adalah ayam
(pedaging dan petelur) ayam kampung, itik, kulkum, burung piyuh, burung
merpati, dan angsa yang sekarang sudah diusahakan secara komersial. Hasil pokok
dari unggas adalah daging dan telur yang pada zaman sekarang ini sudah
ditingkatkan demi tercapainya konsumsi protein hewani yang penting, sementara
hasil sampingan berupa bulu dan kotoran serta kotoran kesenangan (oaamental)
sebagai hasil khusus. Peranan unggas dari tahun ketahun semakin meningkat karena
unggas mampu memberi kontribusi yang tinggi tehadap pembangunan bidang
pertanian, khususnya sub bidang peternakan perkembangan teknik pembibitan
sejalan dengan perbaikan mutu genetik yang dilakukan oleh para ahli genetik.
Para ahli memiliki catatan individu ayam yang merupakan dasar untuk membentuk
strain ayam yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan contohnya strain ayam
yang menghasilkan produk telur dan tingkat gf fesiensi pakan yang tinggi.
Saat ini
industri peternakan ayam modern telah banyak berdiri khususnya untuk
menghasilkan ayam pedaging meliputi budi daya ayam broiler (forming operation)
dan industi pengolahan daging ayam yang semuanya ditujukan demi pmbangunandalam
bidangpertanian maupun peternakan.
Formula
pakan yang disusun sudah melalui perhitungan yang cermat, sehingga pakan yang
diberikan kaandungan zat pakan atau makanan (nutrisi ) yang mencakupi kebutuhan
ayam sesuai dengan tipe dan strain, dengan ini produksi suatu usaha peternakan
dapat dicapai dengan sangat efisien.
Tujuan dan
Manfaat
Tujuan dari
praktikum ini adalah agar pratikan dapat mengetahui cara memelihara ayam
broiler yang lebih benar dan baik, mengetahui manajemennya dan mengetahui tata
cara pemeliharaan ayam broiler tersebut.
Manfaat dari
praktikum ini adalah pratikan bisa menerapkan apa yang telah dilakukan selama
praktikum bila dihadapkan pada sutu masalah di bidng pemeliharaan ayam broiler.
TINJAUAN PUSTAKA
Vick
Tobing (2004) menyatakan bahwa pada hari pertama minggu ketiga pemanas sudah
bisa di keluarkan dari kandang dan ditirai plastik disekeliling tirai digunakan
untuk mengontrol kestabilan suhu kandang dari daerah tropis, perbedaan suhu
siang dengan tropis, untuk itu tirai harus dibuka pada siang hari dan ditutup
pada malam hari. Namun pembukaan dan penutupan tirai perlu disesuaikan dengan
suhu ruangan yang harus konstan sebesar 29 C.
Winarto
(1978) menyatakan bahwa pengaturan kapasitas kandang tidak boleh berlebihan
(over crowed) sehingga ayam jejas-jejas karena ayam broiler memiliki badan
besar, maka kepadatan harus diusahakan lebih longgar dari pada petelur. Hal ini
dimaksukkan untuk menjamin suasana kandang tetap segar dan ayam mendapatkan
kesempatan makan dan minum yang sama. Tingkat kepadatan setiap kandang sangat
ditentukan oleh umur ayam yang bersangkutan , suhu lingkungan daerah panas atau
dingin, ventilasi sempurna atau tidak dan kandungan CO2. Fadillah
(2004), menyatakan bahwa ayam broiler dapat menyesuaikan komsumsi ransumnya
untuk memperoleh cukup eenergi, pertumbuhan maksimum penyesuaian tersebut
berkisar antara lebih kurang 2800 sampai 3400 kkal energi metabolisme per kg
ransum.
Kanisius
(1986), menyatakan bahwa pemberian pakan sedikit atau secara bertahap (2-3 kali
sehari) dapat meningkatkan efisiensi jumlah komsumsi pakan sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan bobot badan
Rasyaf
(1990), menyatakan bahwa pakan yang baik harus memiliki keseimbangan komposisi
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kekurangan ataupun
ketidakseimbangan zat-zat tersebut dalam jangka waktu tertentu akan berakibat
terjadinya defisiensi nutrisi. Bila hal ini terjadi, terformans strain ayam
broiler secara keseluruhan akan terganggu pemberian pakan pada usia grower,
jadi harus diatur sedemikian rupa agar pemberian pakan tidak selalu sering
keluar masuk kandang. Hal ini bertujuan untuk menghindari stres pada ayam yang
sedang dipacu pertumbuhannya.
Hartono
(1997), menyatakan bahwa program pemberian pakan sangan tergantung pada rencana
ayam itu dipanen. Jika ayam yang akan dipanen berukuran kecil sampai sedang.
Pertumbuhan pakan menggunakan program dua jenis pakan, jika akan dipanen
berukuran besar atau lebih dari 2 kg. Maka pemberian pakan menggunakan tiga
jenis pakan.
Anggorodi
(1985), menyatakan bahwa ayam broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransum untuk
memperoleh cukup energi, guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut
berkisar antara ± 2800 – 3400 KKal energi
Metabolisme per ransum
Wahyu
(1985),menyatakan bahwa pertambahan bobot badan selalu berkaitan dengan
perubahan yang tidak selalu positif (dalam waktiu tertentu), kemudian diiring
bobot badan PBB:BBT-BBT-I-BBTadalah bobot badan waktu tertentu dan BBt adalah
bobot badan pada waktu satu minggu sehingga untuk mendapatkan Pbb harian bobot
tubuh dibagi tujuh.
Fadillah (2004), menyatakan bahwa berat
badan ayam akan bertambah setiap minggu, tetapi pertambahan tersebut tidak
seragam. Pertumbuhan berat badan akan berkurang setelah mencapai titik maksimum
sekitar umur tujuh minggu harus dilakukan peninbangan sampel yang diambil
secara ack. Jika pertambahan bobot badan tidak sesuai dengan standar ayam yang
dipelihara.Segera di evaluasi untuk mencari permasalahan dengan menentukan
solusinya.
Rasyaf
(1992), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempngarui pertambahan bobot
badan pada unggas yaitu faktor keturunan ,ransum yang diberikan dan fektor
penyakit. Bila kualitas ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein,
asam amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat oleh
karena itu semua zat-zat makanan yang digunakan untuk hidup pokoknya dahulu
akibatnya pertambahan bobot badanakan terlambat
Fadillan
(2004), menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam
sakit terutama terjangkit penyakit saluran pernapasan ,pakan banyuak terbuang
atau terjadi kebocoran kandungan gas amonia didalam kandang tinggi temperatur
dalam kandang tinggi dan kualitas pakan jelek.
AAK (1986), menyatakan konversi pakan
yaitu perbandingan jumlah yang habis dikomsumsi dengan bobot badan yang dicapai
selama waktu tertentu dengan demikian dapat diketahi beberapa banyak pakan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu.
Anggorodi (1995),menyatakan bahwa konversi
pakan mingguan dan komulatif konversi pakam memiliki hubungan erat dengan
pertumbuhan berat badan ayam. Periode pemeliharaan ayam yang lebih pendek akan
menghasilkan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam dipanen
dengan ukuran besar.
Djatmiko (1991), menyatakan konversi
ransum adalah menyimpangkan pertumbuhan ayamdengan komsumsi ransum .Hal ini
bertujuan agar pertumbuhan yang relatif cepat dengan makanan yang lebih
sedikit.
Rasyaf
(1992), menyatakan bahwa efisiensi teknis PBB dibandingkan dengan jumlah ransum
yang diberikan. Efisiensi teknis diukur dalam waktu satu minggu jika efisiensi
teknis <1 terjadi pemborosanransum dan biaya tinggi diakibatkan berat tempat
makan sehingga jumlah yang diberikan banyak kemungkinan ransum banyak yang
tercecer kualitas bahan pakan jelek.
Kanisius (1986), mmenyatakan bahwa
pertumbuhan tubuh diiringi dengan terbentuknya karkas yang terdiri dari
jaringan utama.Masing-masing adalah jaringan tulang yang membentuk kerangka
otot atau urat yang membentuk daging dan lemak. Ketika jaringan tersebut tumbuh
sangat teratur dan serasi jaringan yang penting awasl tumbuh adalah tulang
kemudian diikuti daging sedangkan lemak paling akhir.
Norman (1983), menyatakan bahwa kualitas
karkas yang dimasukan akan baik sekitar 70-75% bila jumlah komsumsi ransum yang
digunakan berkualitas baik dan bila kondisi ayam tersebut sama sekali terserang
penyakit.
Soepinu (1994), menyatakan bahwa karkas
merupakan hasil utama pemotonganternak dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
pada non karkas ,bagian nonkarkas yang lazim disebutafal terdiri dari bagian
yang layak dimakan dan bagian yang tidaklayak dimakan.
MATERI
DAN METODA
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan praktikum produksi ternak unggas
dilaksanakan mulai pada tanggal 23 April – 31 Mei 2008, yang dilaksanakan
setiap hari minggu. Bertempat di Laboratorium percobaan Produksi Ternak Unggas
Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Materi
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum produksi
ternak unggas yaitu kandang ayam, ember, sikat, gunting, isolasi, kertas label,
kertas koran, tempat pakan, tempat air minum, lampu, karton, paku, kabel,
pisau, FHK (pengukur tinggi kuning, putih telur dan tebal kerabang), kertas
warna, penggaris, timbangan, carter, cawan, tempat pemecahan telur, ayam
broiler, cat kapur, sabut kelapa, pakan (dedak), air gula 0,5%, air minum (air
biasa), vita chick, vitabro, therapi dan telur.
Metoda
Metoda yang di maksud
disini adalah cara pemeliharan ayam broiler yang telah di klaksnakan selama
praktikum yang telah dilaksanakn tersebut, yaitui meliputi sanitasi,
pemelihran, dan juga pengambilan hsil berupa karkas.
Pada perlakuan sanitasi, yang harus diperhatikan yaitu pada
kebersihan kandang. Yang dilakukan dengan membersihkan kandang dari feses yang
lengket pada permukaan kandang dengan menggunakan air dan sikat. Setelah
kandang di bersihkan, maka yang harus dilakukan pengecatan terhadap kandang
dengan menggunakan cat kapur.
Metoda yang digunakan pada pemeliharaan ayam bloiler
yaitu dengan langkah awal melakukan pemilihan bibit yang baik dan bagus.
Sebelum ayam dimasukkan kedalam kandang, terlebih dahulu kandang dibersihkan
(sanitasi), pada kandang dialaskan dengan sabut kelapa. Apabila cat sudah
kering, masukkan ayam dan dilakukan penimbangan pada ayam yang belum diberi
pakan. Setelah itu sediakan air gula 0,5% guna untuk meningkatkan stamina tubuh
pada ayam karena faktor transportasi, sediakan pakan dengan jumlah sesuai
dengan umur ternak. Pada kandang diberi lampu dengan tujuan agar ternak dapat
menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Ayam dimasukkan kekandang dan
diberi pakan sedikit demi sedikit dan dimasukkan kedalam tempat pakan, air
minum dimasukkan kedalam tempat minum. Pemberian pakan dapat dilakukan secara
rutin baik pagi, siang, sore maupun malam. Air minum diberikan dalam bentuk air
putih biasa, yang terkadang dicampur dengan vita chick, vita bro dan therapy.
Setelah perlakuan tersebut berlangsung, maka dilakukan penimbangan bobot badan,
penimbangan pakan sisa. Pada pemeliharaan dapat dilakukan dengan vaksinasi ND,
yang diberikan melalui tetes mata. Vaksin yang diberikan sebanyak 1 tetes pada
mata ayam baik sebelah kiri maupun sebelah kanan.
Karkas pada unggas dapat dilakukan dengan langkah awal
menyemblih ayam, lalu bulu-bulu ayam dilepaskan dari tubuh ayam. Belah atau
potong ayam pada bagian bawah perut,
ambil semua isi perut dan dipisahkan satu persatu untuk dilakukan penimbangan,
penimbangan juga dilakukan pada lemak yang terdapat pada tubuh ayam serta berat
karkas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan pencernaan
Setelah dilakukan
pembedahan terhadap saluran pencernaan unggas tersebut maka diperoleh hasil
sebagi berikut
1.Mulut
Pakan masuk melalui mulut dalam
keadaan utuh, kemudian dengan tekanan lidah masuk kedalam rongga pharynk dasn
turun ke oesophagus oleh gaya gravitasi. Mulut menghasilkan saliva yang
mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan dimulut ini
kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat saja.
2.Oesopagus
Oesopagus merupakan saluran lunak dan
elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesopagus
memanjang dari pharyk hingga proventrykulus melewati tembolok. Organ ini
menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok.
3.Tembolok
Tembolok adalah modifikasi dari
oesophagus. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan sementara, terutama
pada saat ayam makan daam jumlah yang banyak. Bolus berada dalam tembolok
selama 2 jam. Kapasitas temblok mampu menampung makanan sebanyak 250 gr.
4.Provenrikulus
Proventrikulus disebut juga perut
kelenjar yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan
lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan
sangat cepat masuk keempedal melalui istimus
proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat dicerna.
5.Empedal
Empedal disebut juga perut muskular
yang merupakan kepanjangan gari proventrikulus. Fungsi utama empedal adalah
memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta yang
dinamakan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan
dari ayam tersebut.
6.Usus halus
Usus halus dinamakan juga intestium
tenue, mpanjangnya mencapai 120 cm dan terbagi tiga bagian yaitu:
a.
Duodenum
Duodenum terdapat pada bagian yang
paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini
terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien
kasar berupa pati, lemak, dan protein. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim
dari pankreas dan getah empedu dari hati.
b.
Jejenum dan
Ileum
Jejenum dan Ileum merupakan kelanjutan
dari duodenum, yang berfungsi sam dengan duodenum. Pada bagian ini proses
pencernaan dan penyerapan zat makanan belum diselesaikan padea duodenum
dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna.
7.Sekum
Sekum terdiri atas dua seka atau
saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak
tercerna mengalmi dekomposisi oleh mikroba sekum, tetapi jumlah dan
penyerapannya kecil sekali.
·
Usus besar
Usus besar dinamakan juga intestium
crasum panjangnya 7 cm. Pada bagian ini terjadi perombakan partikel pakan yang
tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feces. Pada bagian ini juga bermuara
uretra dari ginjal untuk membuang urine yang bercampur dengan feces sehingga
feces unggas dinmakan ekskreta.
8.Kloaka
Kloaka merupakan tempat keluarnya
ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan.
2.Pemeliharaan ayam broiler
pemeliharaan yang dilaksanakan dalam praktikum ini
adalah dimulai dari saat datangnya ayam, hal yang dilakukan adalah kandang anak ayam dibersihkan dengan air
yang dicampurkan pembunuh kuman. Kemudian dibiarkan beberapa saat dan tidak
boleh dimasukin oleh sembarang orang. Semua peralatan termasuk induka, tempat
pakan, dan tempat minum disterilkan. Alas litte disemprot dengan bahan pembunuh
kuman atau desifektan.
Setelah anak ayam tiba cepat-cepat
dibuka boks anak ayamnya dan cepat dipindahkan ketempat yang telah disediakan
sambil dihitung. Anak ayam harus dilatih untuk mengenal tempat makan,
minum agar dia bisa terbiasa dan bisa
makan dan minum dengan sendiri. Suhu pada kandang harus diperhatikan karna suhu
ini merupakan titik tolak dalam pertumbuhan bobot badan pada tenak.
Pekerjaan rutin pada minggu pertama
sebagai berikut: sebaran anak ayam diprhatikan terutama di malam hari,
temperatur indukan di periksa 4 sampai 5 kali semalam, bila memakai sumber
pemanas api nyalanya harus diperhatikan tapi pada kesempatan ini indukan yang
di pakai memakai bola lampu 40 watt. Jumlah ransum, kebersihan ransum dan
kebersihan minuman harus diperhatikan.
§ Pertambahan bobot badan
Pertambahan bobot badan selalu
berkaitan dengan dengan perubahan yang tidak selalu relatif. Sudah tentu yang
namanya standart produksi adalah pertambahan positif (dalam jangka waktu
tertentu) kemudian diiringi dengan berat
badan. Pengukuran berat badan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sehingga
untuk mendapatkan berat badan harian bobot itu dibagi tujuh.
Hasil yang diperoleh dari pratikum
produksi ternak unggas ini pertumbuhan bobot badannya seperti data sebagai
berikut:
Tabel : pertambahan bobot badan
no
|
Nomor ayam
|
BB
|
BBM 1
|
BBM 2
|
BBM3
|
BBM 4
|
BBM5
|
1
|
A4.1
|
63 gr
|
215,5 gr
|
522 gr
|
904 gr
|
1337 gr
|
|
2
|
A4.2
|
57 gr
|
202 gr
|
511 gr
|
876 gr
|
1296 gr
|
|
3
|
A4.3
|
54 gr
|
185 gr
|
508 gr
|
840 gr
|
1156 gr
|
|
4
|
A4.4
|
57 gr
|
217,5 gr
|
566 gr
|
960 gr
|
1385 gr
|
|
5
|
A4.5
|
51 gr
|
194,5 gr
|
509 gr
|
850 gr
|
1221 gr
|
|
Hasil yang di peroleh pada praktikum pemeliharaan ayam pedaging
adalah :
No
|
Nomor ayam
|
BB
|
PBB 1
|
PBB 2
|
PBB 3
|
PBB 4
|
PBB 5
|
1
|
A4.1
|
63
|
152,5
|
306,5
|
382
|
|
|
2
|
A4.2
|
57
|
145
|
309
|
365
|
|
|
3
|
A4.3
|
54
|
131
|
323
|
332
|
|
|
4
|
A4.4
|
57
|
160,5
|
348,5
|
394
|
|
|
5
|
A4.5
|
51
|
143,5
|
314,5
|
341
|
|
|
Ø Rata – rata konsumsi pakan
Minggu 1 = 830 = 1,13
733,4
Minggu 2 = 1839 = 1,14
1600,6
Minggu 3 = 2946 = 1,62
1814
Minggu 4 = 4495 = 2,52
1965
Pertumbuhan murni DOC dipengaruhi oleh
pakan yang diberikan dari DOC masuk sampai anak ayam mengkonsumsi pakan,
kemudian ditimbang , hal ini sesuai pendapat Anggorodi (1994) yang dihitung
dari konsumsi awal dikurangi konsumsi akhir.
Konsumsi perekor
unggas dapat dihitung dengan jumlah konsumsi pakan dibagi jumlah ayam ini
sesuai dengan pendapat soeyanto (1981).
1.
Organ ternak ayam yang di
keluarkan dari perut ayam.
2.
Sistim Pencernaan ayam
betina ayam petelur.
3.
Sistim pencernaan ayam
kampong jantan
Pemeliharaan periode starter pada ayam broiler di mulai dari doc
sampai dengan umur 4 minggu, sedangkan pada ayam petelur sampai dengan umur 8
minggu. Pekerjaan yang harus dilakukan
dalam pemeliharaan ayam periode starter adalah pengaturan suhu brooder,
pemberian makan dan minum, pencegahan penyakit dan recording. Pemeliharaan
periode finisher pada ayam broiler dimulai dari awal minggu ke-5 sampai dengan
dipasarkan/dipotong. Pekerjaan yang
harus dilakukan pada pemeliharaan ayam periode finisher yaitu pengaturan
penambahan cahaya, pemberian pakan dan minum, pencegahan penyakit dan recording.
Seleksi perlu dilakukan untuk memperoleh ayam-ayam calon bibit
dengan sifat-sifat yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bila keturunan bibit
itu mempunyai sifat-sifat yang secara ekonomis menguntungkan, maka usaha
peternakan dapat memperoleh untung besar. Seleksi juga dilakukan pada ayam jantan
calon bibit, sama telitinya seperti seleksi pada calon bibit ayam betina karena
generasi berikutnya (keturunan tingkat pertamanya) mempunyai sifat-sifat
genetis yang diperoleh dari induk jantan sama besar perbandingannya dengan
sifat-sifat yang diperolehnya dari induk betina. Sifat-sifat yang diseleksi
pada ayam jantan sama dengan sifat-sifat yang diseleksi pada ayam betina dengan
ciri-ciri tubuh yang khas seperti tubuh besar, kaki lurus dan kuat, waspada dan
sebagainya. Ayam-ayam pedaging dan
petelur yang komersial seperti yang dibeli peternak dari breeder atau dealer
pembibitan adalah ayam-ayam hibrid dengan sifat-sifat hibrid vigor. Sesama
mereka, jika saling dikawinkan maka produksi yang dihasilkan oleh keturunannya
tidak sebaik mutu produksi hibrid itu sendiri. Itu sebabnya, peternak harus
membeli bibit baru lagi dari breeder bila seluruh ayamnya telah diafkir. Agar perusahaan ayam tidak mengalami kerugian, maka semua kegiatan
harus dicatat datanya. Catatan ini harus dibuat secara teratur dan dipelajari
setiap saat sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila terlihat
gejala-gejala yang tidak menguntungkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan tentang pemeliharaan
ayam broiler ini dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam broiler memerlukjan
system pemeliharaan yang terstruktur demi menghasilkan suatu produksi ayam
berupa daging yang merupakan produksi utama yang diharapkan.
Saran
Semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi pembaca dan
dapat digunakan sebagai pedoman dalam suatu pemeliharan yam broiler secara
terpadu. Dan untuk praktikum selanjutnya diharapkn kedisiplinan untuk mencapai
hasil praktikum yang sesuai dan yang dihrapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory Irfan. 1984.
Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum. Jakarta.
Erlangga.
Aris. A. 1993. Kriteria Pakan Berkualitas.
Universitas Indonesiaa Press. Jakarta.
Darmono. 1992. Tata Laksana Usaha
Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.
Devendra, C. 1990. Produksi Kambing Didaerah Tropis. ITB. Bandung.
Glenn, R. N. 1999. Parasitologi.
Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Gultom S. 1998. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. LUW-Universitas
Brawijaya Animal Husbandry Project.
Hendalia, et.al. 2008. Biokimia
Nutrisi. Fapet UNJA. Jambi.
Jamestown, 1997.
Theory and Practice Penambol
Books Armidale. NSW. Australia.
Kenan. 1990. An Introduction to
Partical Animal Breeding. Granada Publishing, Newyork.
Kenan. 1990. General
College Chemistry. New
York. Harper and
Row Nurhayati, et.al. 2008.
Nutrisi Ternak Unggas. Fapet UNJA. Jambi.
Lukman.a. 1997. Pemberian Ransum Unggas. Gramedia. Jakarta.
Mozeys. 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta.
Parrakkasi.a. 1995. Ilmu Gizi dan
Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Petnowati,
1999. Bahan Pakan
dan Formulasi Ransum. Erlangga. Jakarta.
Purba, Michael.
2003. Kimia 2000.
Erlangga. Jakarta.
Samuel, 1997.
A Short History Of Nutritional Science (1995 – 1997). journal of
Nutrition.
Soedarno. 1997. Introduction Partical Animal Breeding. Granada Publishing. Newyork.
Sondjya. 1998. Nutrition of the Chicken. 3rd
Ed.M.L. Scott & Associates, Ithaca, New York.
Sutresna, Nana. 1995. Kimia 2. Ganeca Exact. Bandung.
Tobing. L.R. 1991. Kimia Organik Pangan. Depdikbud. Jakarta.
Trobos. 2007. Pasar Menganga Bibit
Langka. PT. PWI. Jakarta.
Trobos. 2008. Tuna Budidaya Jepang
Mengancam. PT. PWI. Jakarta.
Ucoep Haroen et.al. 2008. Bahan Ajar Nutrisi Ternak
Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar