Kamis, 03 November 2011

Laporan Semester Praktikum Produksi Ternak Unggas


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Unggas (poultry) adalah salah satu ternak yang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan protein di Indonesia karena harganya yang relatif murah dan juga mengandung zat gizi yang lengkap dalam pemenuhan gizi masyarakat..Termasuk kelompok unggas adalah ayam (pedaging dan petelur) ayam kampung, itik, kulkum, burung piyuh, burung merpati, dan angsa yang sekarang sudah diusahakan secara komersial. Hasil pokok dari unggas adalah daging dan telur yang pada zaman sekarang ini sudah ditingkatkan demi tercapainya konsumsi protein hewani yang penting, sementara hasil sampingan berupa bulu dan kotoran serta kotoran kesenangan (oaamental) sebagai hasil khusus. Peranan unggas dari tahun ketahun semakin meningkat karena unggas mampu memberi kontribusi yang tinggi tehadap pembangunan bidang pertanian, khususnya sub bidang peternakan perkembangan teknik pembibitan sejalan dengan perbaikan mutu genetik yang dilakukan oleh para ahli genetik. Para ahli memiliki catatan individu ayam yang merupakan dasar untuk membentuk strain ayam yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan contohnya strain ayam yang menghasilkan produk telur dan tingkat gf fesiensi pakan yang tinggi.
Saat ini industri peternakan ayam modern telah banyak berdiri khususnya untuk menghasilkan ayam pedaging meliputi budi daya ayam broiler (forming operation) dan industi pengolahan daging ayam yang semuanya ditujukan demi pmbangunandalam bidangpertanian maupun peternakan.
Formula pakan yang disusun sudah melalui perhitungan yang cermat, sehingga pakan yang diberikan kaandungan zat pakan atau makanan (nutrisi ) yang mencakupi kebutuhan ayam sesuai dengan tipe dan strain, dengan ini produksi suatu usaha peternakan dapat dicapai dengan sangat efisien.



Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah agar pratikan dapat mengetahui cara memelihara ayam broiler yang lebih benar dan baik, mengetahui manajemennya dan mengetahui tata cara pemeliharaan ayam broiler tersebut.
Manfaat dari praktikum ini adalah pratikan bisa menerapkan apa yang telah dilakukan selama praktikum bila dihadapkan pada sutu masalah di bidng pemeliharaan ayam broiler.























TINJAUAN PUSTAKA

             
            Vick Tobing (2004) menyatakan bahwa pada hari pertama minggu ketiga pemanas sudah bisa di keluarkan dari kandang dan ditirai plastik disekeliling tirai digunakan untuk mengontrol kestabilan suhu kandang dari daerah tropis, perbedaan suhu siang dengan tropis, untuk itu tirai harus dibuka pada siang hari dan ditutup pada malam hari. Namun pembukaan dan penutupan tirai perlu disesuaikan dengan suhu ruangan yang harus konstan sebesar 29 C.
            Winarto (1978) menyatakan bahwa pengaturan kapasitas kandang tidak boleh berlebihan (over crowed) sehingga ayam jejas-jejas karena ayam broiler memiliki badan besar, maka kepadatan harus diusahakan lebih longgar dari pada petelur. Hal ini dimaksukkan untuk menjamin suasana kandang tetap segar dan ayam mendapatkan kesempatan makan dan minum yang sama. Tingkat kepadatan setiap kandang sangat ditentukan oleh umur ayam yang bersangkutan , suhu lingkungan daerah panas atau dingin, ventilasi sempurna atau tidak dan kandungan CO2. Fadillah (2004), menyatakan bahwa ayam broiler dapat menyesuaikan komsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup eenergi, pertumbuhan maksimum penyesuaian tersebut berkisar antara lebih kurang 2800 sampai 3400 kkal energi metabolisme per kg ransum.
            Kanisius (1986), menyatakan bahwa pemberian pakan sedikit atau secara bertahap (2-3 kali sehari) dapat meningkatkan efisiensi jumlah komsumsi pakan sehingga dapat mempercepat pertumbuhan bobot badan
            Rasyaf (1990), menyatakan bahwa pakan yang baik harus memiliki keseimbangan komposisi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kekurangan ataupun ketidakseimbangan zat-zat tersebut dalam jangka waktu tertentu akan berakibat terjadinya defisiensi nutrisi. Bila hal ini terjadi, terformans strain ayam broiler secara keseluruhan akan terganggu pemberian pakan pada usia grower, jadi harus diatur sedemikian rupa agar pemberian pakan tidak selalu sering keluar masuk kandang. Hal ini bertujuan untuk menghindari stres pada ayam yang sedang dipacu pertumbuhannya.                                                     
            Hartono (1997), menyatakan bahwa program pemberian pakan sangan tergantung pada rencana ayam itu dipanen. Jika ayam yang akan dipanen berukuran kecil sampai sedang. Pertumbuhan pakan menggunakan program dua jenis pakan, jika akan dipanen berukuran besar atau lebih dari 2 kg. Maka pemberian pakan menggunakan tiga jenis pakan.
            Anggorodi (1985), menyatakan bahwa ayam broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransum untuk memperoleh cukup energi, guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara ± 2800 – 3400 KKal energi
Metabolisme per ransum
            Wahyu (1985),menyatakan bahwa pertambahan bobot badan selalu berkaitan dengan perubahan yang tidak selalu positif (dalam waktiu tertentu), kemudian diiring bobot badan PBB:BBT-BBT-I-BBTadalah bobot badan waktu tertentu dan BBt adalah bobot badan pada waktu satu minggu sehingga untuk mendapatkan Pbb harian bobot tubuh dibagi tujuh.
Fadillah (2004), menyatakan bahwa berat badan ayam akan bertambah setiap minggu, tetapi pertambahan tersebut tidak seragam. Pertumbuhan berat badan akan berkurang setelah mencapai titik maksimum sekitar umur tujuh minggu harus dilakukan peninbangan sampel yang diambil secara ack. Jika pertambahan bobot badan tidak sesuai dengan standar ayam yang dipelihara.Segera di evaluasi untuk mencari permasalahan dengan menentukan solusinya.
            Rasyaf (1992), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempngarui pertambahan bobot badan pada unggas yaitu faktor keturunan ,ransum yang diberikan dan fektor penyakit. Bila kualitas ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat oleh karena itu semua zat-zat makanan yang digunakan untuk hidup pokoknya dahulu akibatnya pertambahan bobot badanakan terlambat
            Fadillan (2004), menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit terutama terjangkit penyakit saluran pernapasan ,pakan banyuak terbuang atau terjadi kebocoran kandungan gas amonia didalam kandang tinggi temperatur dalam kandang tinggi dan kualitas pakan jelek.                       
AAK (1986), menyatakan konversi pakan yaitu perbandingan jumlah yang habis dikomsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu tertentu dengan demikian dapat diketahi beberapa banyak pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu.
Anggorodi (1995),menyatakan bahwa konversi pakan mingguan dan komulatif konversi pakam memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan berat badan ayam. Periode pemeliharaan ayam yang lebih pendek akan menghasilkan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam dipanen dengan ukuran besar.
Djatmiko (1991), menyatakan konversi ransum adalah menyimpangkan pertumbuhan ayamdengan komsumsi ransum .Hal ini bertujuan agar pertumbuhan yang relatif cepat dengan makanan yang lebih sedikit.
            Rasyaf (1992), menyatakan bahwa efisiensi teknis PBB dibandingkan dengan jumlah ransum yang diberikan. Efisiensi teknis diukur dalam waktu satu minggu jika efisiensi teknis <1 terjadi pemborosanransum dan biaya tinggi diakibatkan berat tempat makan sehingga jumlah yang diberikan banyak kemungkinan ransum banyak yang tercecer kualitas bahan pakan jelek.
Kanisius (1986), mmenyatakan bahwa pertumbuhan tubuh diiringi dengan terbentuknya karkas yang terdiri dari jaringan utama.Masing-masing adalah jaringan tulang yang membentuk kerangka otot atau urat yang membentuk daging dan lemak. Ketika jaringan tersebut tumbuh sangat teratur dan serasi jaringan yang penting awasl tumbuh adalah tulang kemudian diikuti daging sedangkan lemak paling akhir.
Norman (1983), menyatakan bahwa kualitas karkas yang dimasukan akan baik sekitar 70-75% bila jumlah komsumsi ransum yang digunakan berkualitas baik dan bila kondisi ayam tersebut sama sekali terserang penyakit.
Soepinu (1994), menyatakan bahwa karkas merupakan hasil utama pemotonganternak dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan pada non karkas ,bagian nonkarkas yang lazim disebutafal terdiri dari bagian yang layak dimakan dan bagian yang tidaklayak dimakan.
           

MATERI DAN METODA




Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum produksi ternak unggas dilaksanakan mulai pada tanggal 23 April – 31 Mei 2008, yang dilaksanakan setiap hari minggu. Bertempat di Laboratorium percobaan Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Jambi.




Materi


Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum produksi ternak unggas yaitu kandang ayam, ember, sikat, gunting, isolasi, kertas label, kertas koran, tempat pakan, tempat air minum, lampu, karton, paku, kabel, pisau, FHK (pengukur tinggi kuning, putih telur dan tebal kerabang), kertas warna, penggaris, timbangan, carter, cawan, tempat pemecahan telur, ayam broiler, cat kapur, sabut kelapa, pakan (dedak), air gula 0,5%, air minum (air biasa), vita chick, vitabro, therapi dan telur.




Metoda


Metoda yang di maksud disini adalah cara pemeliharan ayam broiler yang telah di klaksnakan selama praktikum yang telah dilaksanakn tersebut, yaitui meliputi sanitasi, pemelihran, dan juga pengambilan hsil berupa karkas.
            Pada perlakuan sanitasi, yang harus diperhatikan yaitu pada kebersihan kandang. Yang dilakukan dengan membersihkan kandang dari feses yang lengket pada permukaan kandang dengan menggunakan air dan sikat. Setelah kandang di bersihkan, maka yang harus dilakukan pengecatan terhadap kandang dengan menggunakan cat kapur.
Metoda yang digunakan pada pemeliharaan ayam bloiler yaitu dengan langkah awal melakukan pemilihan bibit yang baik dan bagus. Sebelum ayam dimasukkan kedalam kandang, terlebih dahulu kandang dibersihkan (sanitasi), pada kandang dialaskan dengan sabut kelapa. Apabila cat sudah kering, masukkan ayam dan dilakukan penimbangan pada ayam yang belum diberi pakan. Setelah itu sediakan air gula 0,5% guna untuk meningkatkan stamina tubuh pada ayam karena faktor transportasi, sediakan pakan dengan jumlah sesuai dengan umur ternak. Pada kandang diberi lampu dengan tujuan agar ternak dapat menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Ayam dimasukkan kekandang dan diberi pakan sedikit demi sedikit dan dimasukkan kedalam tempat pakan, air minum dimasukkan kedalam tempat minum. Pemberian pakan dapat dilakukan secara rutin baik pagi, siang, sore maupun malam. Air minum diberikan dalam bentuk air putih biasa, yang terkadang dicampur dengan vita chick, vita bro dan therapy. Setelah perlakuan tersebut berlangsung, maka dilakukan penimbangan bobot badan, penimbangan pakan sisa. Pada pemeliharaan dapat dilakukan dengan vaksinasi ND, yang diberikan melalui tetes mata. Vaksin yang diberikan sebanyak 1 tetes pada mata ayam baik sebelah kiri maupun sebelah kanan.
Karkas pada unggas dapat dilakukan dengan langkah awal menyemblih ayam, lalu bulu-bulu ayam dilepaskan dari tubuh ayam. Belah atau potong  ayam pada bagian bawah perut, ambil semua isi perut dan dipisahkan satu persatu untuk dilakukan penimbangan, penimbangan juga dilakukan pada lemak yang terdapat pada tubuh ayam serta berat karkas.




HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan pencernaan
Setelah dilakukan pembedahan terhadap saluran pencernaan unggas tersebut maka diperoleh hasil sebagi berikut

1.Mulut
Pakan masuk melalui mulut dalam keadaan utuh, kemudian dengan tekanan lidah masuk kedalam rongga pharynk dasn turun ke oesophagus oleh gaya gravitasi. Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan dimulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat saja.

2.Oesopagus
Oesopagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesopagus memanjang dari pharyk hingga proventrykulus melewati tembolok. Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok.

3.Tembolok
Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan sementara, terutama pada saat ayam makan daam jumlah yang banyak. Bolus berada dalam tembolok selama 2 jam. Kapasitas temblok mampu menampung makanan sebanyak 250 gr.

4.Provenrikulus
Proventrikulus disebut juga perut kelenjar yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan
sangat cepat masuk keempedal melalui istimus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat dicerna.

5.Empedal
Empedal disebut juga perut muskular yang merupakan kepanjangan gari proventrikulus. Fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan dari ayam tersebut.

6.Usus halus
Usus halus dinamakan juga intestium tenue, mpanjangnya mencapai 120 cm dan terbagi tiga bagian  yaitu:
a.      Duodenum
Duodenum terdapat pada bagian yang paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati.
b.     Jejenum dan Ileum
Jejenum dan Ileum merupakan kelanjutan dari duodenum, yang berfungsi sam dengan duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan belum diselesaikan padea duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna.

7.Sekum
Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalmi dekomposisi oleh mikroba sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali.
·       Usus besar
Usus besar dinamakan juga intestium crasum panjangnya 7 cm. Pada bagian ini terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feces. Pada bagian ini juga bermuara uretra dari ginjal untuk membuang urine yang bercampur dengan feces sehingga feces unggas dinmakan ekskreta.

8.Kloaka
Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan.

2.Pemeliharaan ayam broiler

pemeliharaan yang dilaksanakan dalam praktikum ini adalah dimulai dari saat datangnya ayam, hal yang dilakukan adalah kandang anak ayam dibersihkan dengan air yang dicampurkan pembunuh kuman. Kemudian dibiarkan beberapa saat dan tidak boleh dimasukin oleh sembarang orang. Semua peralatan termasuk induka, tempat pakan, dan tempat minum disterilkan. Alas litte disemprot dengan bahan pembunuh kuman atau desifektan.
Setelah anak ayam tiba cepat-cepat dibuka boks anak ayamnya dan cepat dipindahkan ketempat yang telah disediakan sambil dihitung. Anak ayam harus dilatih untuk mengenal tempat makan, minum  agar dia bisa terbiasa dan bisa makan dan minum dengan sendiri. Suhu pada kandang harus diperhatikan karna suhu ini merupakan titik tolak dalam pertumbuhan bobot badan pada tenak.
Pekerjaan rutin pada minggu pertama sebagai berikut: sebaran anak ayam diprhatikan terutama di malam hari, temperatur indukan di periksa 4 sampai 5 kali semalam, bila memakai sumber pemanas api nyalanya harus diperhatikan tapi pada kesempatan ini indukan yang di pakai memakai bola lampu 40 watt. Jumlah ransum, kebersihan ransum dan kebersihan minuman harus diperhatikan.

§  Pertambahan bobot badan

Pertambahan bobot badan selalu berkaitan dengan dengan perubahan yang tidak selalu relatif. Sudah tentu yang namanya standart produksi adalah pertambahan positif (dalam jangka waktu tertentu) kemudian diiringi  dengan berat badan. Pengukuran berat badan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sehingga untuk mendapatkan berat badan harian bobot itu dibagi tujuh.
Hasil yang diperoleh dari pratikum produksi ternak unggas ini pertumbuhan bobot badannya seperti data sebagai berikut:
            Tabel : pertambahan bobot badan
no
Nomor ayam
BB
BBM 1
BBM 2
BBM3
BBM 4
BBM5
1
A4.1
63 gr
215,5 gr
522 gr
904 gr
1337 gr

2
A4.2
57 gr
202 gr
511 gr
876 gr
1296 gr

3
A4.3
54 gr
185 gr
508 gr
840 gr
1156 gr

4
A4.4
57 gr
217,5 gr
566 gr
960 gr
1385 gr

5
A4.5
51 gr
194,5 gr
509 gr
850 gr
1221 gr


Hasil yang di peroleh pada praktikum pemeliharaan ayam pedaging adalah :
No
Nomor ayam
BB
PBB 1
PBB 2
PBB 3
PBB 4
PBB 5
1
A4.1
63
152,5
306,5
382


2
A4.2
57
145
309
365


3
A4.3
54
131
323
332


4
A4.4
57
160,5
348,5
394


5
A4.5
51
143,5
314,5
341



Ø  Rata – rata konsumsi pakan
Minggu 1 =  830   = 1,13
                   733,4

Minggu 2 =  1839    = 1,14
                   1600,6

Minggu 3 =   2946  = 1,62
                     1814

Minggu 4 =   4495    = 2,52
                     1965


Pertumbuhan murni DOC dipengaruhi oleh pakan yang diberikan dari DOC masuk sampai anak ayam mengkonsumsi pakan, kemudian ditimbang , hal ini sesuai pendapat Anggorodi (1994) yang dihitung dari konsumsi awal dikurangi konsumsi akhir.
            Konsumsi perekor unggas dapat dihitung dengan jumlah konsumsi pakan dibagi jumlah ayam ini sesuai dengan pendapat soeyanto (1981).
1.     Organ ternak ayam yang di keluarkan dari perut ayam.
2.     Sistim Pencernaan ayam betina ayam petelur.
3.     Sistim pencernaan ayam kampong  jantan
Pemeliharaan periode starter pada ayam broiler di mulai dari doc sampai dengan umur 4 minggu, sedangkan pada ayam petelur sampai dengan umur 8 minggu.  Pekerjaan yang harus dilakukan dalam pemeliharaan ayam periode starter adalah pengaturan suhu brooder, pemberian makan dan minum, pencegahan penyakit dan recording. Pemeliharaan periode finisher pada ayam broiler dimulai dari awal minggu ke-5 sampai dengan dipasarkan/dipotong.  Pekerjaan yang harus dilakukan pada pemeliharaan ayam periode finisher yaitu pengaturan penambahan cahaya, pemberian pakan dan minum, pencegahan penyakit dan recording.
Seleksi perlu dilakukan untuk memperoleh ayam-ayam calon bibit dengan sifat-sifat yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bila keturunan bibit itu mempunyai sifat-sifat yang secara ekonomis menguntungkan, maka usaha peternakan dapat memperoleh untung besar. Seleksi juga dilakukan pada ayam jantan calon bibit, sama telitinya seperti seleksi pada calon bibit ayam betina karena generasi berikutnya (keturunan tingkat pertamanya) mempunyai sifat-sifat genetis yang diperoleh dari induk jantan sama besar perbandingannya dengan sifat-sifat yang diperolehnya dari induk betina. Sifat-sifat yang diseleksi pada ayam jantan sama dengan sifat-sifat yang diseleksi pada ayam betina dengan ciri-ciri tubuh yang khas seperti tubuh besar, kaki lurus dan kuat, waspada dan sebagainya.  Ayam-ayam pedaging dan petelur yang komersial seperti yang dibeli peternak dari breeder atau dealer pembibitan adalah ayam-ayam hibrid dengan sifat-sifat hibrid vigor. Sesama mereka, jika saling dikawinkan maka produksi yang dihasilkan oleh keturunannya tidak sebaik mutu produksi hibrid itu sendiri. Itu sebabnya, peternak harus membeli bibit baru lagi dari breeder bila seluruh ayamnya telah diafkir. Agar perusahaan ayam tidak mengalami kerugian, maka semua kegiatan harus dicatat datanya. Catatan ini harus dibuat secara teratur dan dipelajari setiap saat sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila terlihat gejala-gejala yang tidak menguntungkan.


PENUTUP


Kesimpulan

            Dari praktikum yang telah dilaksanakan tentang pemeliharaan ayam broiler ini dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam broiler memerlukjan system pemeliharaan yang terstruktur demi menghasilkan suatu produksi ayam berupa daging yang merupakan produksi utama yang diharapkan.

Saran

            Semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam suatu pemeliharan yam broiler secara terpadu. Dan untuk praktikum selanjutnya diharapkn kedisiplinan untuk mencapai hasil praktikum yang sesuai dan yang dihrapkan.


DAFTAR PUSTAKA



Anshory  Irfan.  1984.  Bahan  Pakan  dan  Formulasi  Ransum.  Jakarta.  Erlangga.

Aris. A. 1993. Kriteria Pakan Berkualitas. Universitas Indonesiaa Press. Jakarta.

Darmono. 1992. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.

Devendra, C. 1990. Produksi Kambing Didaerah Tropis. ITB. Bandung.

Glenn, R. N. 1999. Parasitologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

Gultom S. 1998. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. LUW-Universitas Brawijaya Animal Husbandry Project.

Hendalia, et.al. 2008. Biokimia Nutrisi. Fapet UNJA. Jambi.

Jamestown, 1997.  Theory and Practice Penambol Books Armidale. NSW. Australia.

Kenan. 1990. An Introduction to Partical Animal Breeding. Granada Publishing, Newyork.

Kenan. 1990. General  College  Chemistry.  New  York.  Harper  and  Row  Nurhayati, et.al. 2008. Nutrisi Ternak Unggas. Fapet UNJA. Jambi.

Lukman.a. 1997. Pemberian Ransum Unggas. Gramedia. Jakarta.

Mozeys. 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta.

Parrakkasi.a. 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Petnowati, 1999.  Bahan  Pakan  dan  Formulasi  Ransum. Erlangga. Jakarta.
Purba, Michael.  2003.  Kimia  2000.  Erlangga. Jakarta.

Samuel, 1997.  A Short History Of Nutritional Science (1995 – 1997). journal of Nutrition. 

Soedarno. 1997. Introduction Partical Animal Breeding. Granada Publishing. Newyork.

Sondjya. 1998. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed.M.L. Scott & Associates, Ithaca, New York.

Sutresna, Nana. 1995.  Kimia 2. Ganeca  Exact. Bandung.

Tobing. L.R. 1991.  Kimia Organik Pangan. Depdikbud. Jakarta.

Trobos. 2007. Pasar Menganga Bibit Langka. PT. PWI. Jakarta.

Trobos. 2008. Tuna Budidaya Jepang Mengancam. PT. PWI. Jakarta.

Ucoep Haroen et.al. 2008. Bahan Ajar Nutrisi Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar