Kamis, 03 November 2011

Laporan Semester Praktikum Produksi Ternak Perah


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah sekresi susu yang praktis bebas dari kolesterum yang diperoleh dari pemerahan sempurna dari seekor sapi atau lebih. Susu tidak saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak kambing. Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi  karena mengandung hampir semua zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi yang tinggi dan seimbang. Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba, baik mikroba yang patogen maupun mikroba non patogen.
Susu merupakan sumber protein, sumber energi sehingga dapat memberikan  kepada kita kesehatan, maka dari itu minat beli masyarakat sangat tinggi walaupun harga susu kadang-kadang naik tetapi tidak menyurutkan daya beli masyarakat terhadap produksi susu.
Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging dan telur yang sangat diminati oleh masyarakat  dan susu sangat bermamfaat bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu sendiri, karena air susu yang pertama kali keluar dari induk mengandung banyak sekali anty bodi atau pelindung tubuh anak agar tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit yang bisa menyebabkan ternak itu cacat atau mati.
Untuk mendapatkan susu sapi yang baik yang bermutu tinggi maka           perlu dilakukan beberapa langkah pertama pada waktu pemerahan harus mengetahui kapan ternakut siap untuk diperah serta berapa lama pemerahan berlansung kemudian yang kedua pada waktu pemerahan kita harus mengetahui kebersihan dari tempat pemerahan serta kebersihan dari ternak yang diperah karena apabila ternak yang diperah tersebut tidak bersih akan mengganggu kualitas dari air susu tersebut.
Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau dan lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu. Industri ternak prah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia untuk memproduksi susu melebih kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan anaknya. Ternak perah mulai dikenal pada abad ke-19 di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial belanda dengan mendatangkan kambing yang merupakan sapi tipe perah. Ternak perah dapat diartikan sebagai ternak ruminansia yang secara genetic mampu menghasilkan air susu seperti sapi, kambing dan kerbau.
Kambing adalah produsen utama air susu dunia yang mampuh memproduksi ±91% dari produksi susu dunia. Air susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai  gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak dikurangi ataupun tidak ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan. Komposisi air susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya.
Pada praktikum ini juga dibahas mengenai alat-alat pencernaan pada ternak Ruminansia kecil seperti kambing dan domba,pemeriksaan kesegaran susu,pemeriksaan komposisi susu,pemeriksaan pemalsuan susu dan pemeriksaan mikrobiologi susu.
                                    
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum Produksi Ternak Perah ini,yakni untuk mengetahui anatomi alat pencernaan ruminansia,mengetahui kesegaran susu,mengetahui komposisi air susu,mengetahui pemalsuan air susu,dan mengetahui mikrobiologi susu.
Manfaat dari Praktikum Produksi Ternak Perah sangat penting sekali bagi kehidupan manusia, karena hasil yang diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang susu, sehingga mahasiswa dapat memahami peranan susu yang sebenarnya dan paham untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena susu mengandung gizi tinggi dan seimbang yang ditumbuhkan manusia untuk mengetahui proses terjadinya susu dan kegunaannya, serta berbagai jenis dan bangsa ternak yang dapat menghasilkan susu maka perlu pemahaman tentang aspek yang mendasar tentang ternak perah. 























TINJAUAN PUSTAKA
AAK ( 1980 ) berpendapat bahwa air susu yang baik atau normal memiliki Bs 1,027 – 1,031 pada temperatur 27,5o perbedaan BJ yang mencolok harus dikurangi.
            Agus martidjo. (1995), Menyatakan bahwa produksi hasil susu kambing yang dikandangkan dengan produksi hasil susu kambing yang tidak dikandangkan lebih banyak sekitar dua kali lipat karena produksi susu kambing yang dikandangkan  lebih diperhatikan saat pemberian pakannya walaupun tidak ada beda nyata dari persentase lemak dan kaseinnya, persentase lemak cenderung akan meningkat dengan melanjutnya masa laktasi terutama pada kambing kerdil.
Aksi Agraris Kanisius. (1993), Berpendapat bahwa untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya.
            Allen D, Tilman. (1998), Menyatakan bahwa sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat.
            B. Sarwono. (1996), Menyatakan bahwa kasein yang terdapat dalam koloidal susu akan menyebabkan warna susu akan keruh, dan kalau terkena zat asam yang sengaja dibubuhkan pada susu maka akan membuat susu tersebut masam, dan membuat zat asam terlepas dan kasein protein pada susu tersebut akan mengendap karena tidak tidak larut dalam susu.
            Bambang soemantoro. (1997), Menyatakan bahwa dengan dilakukan penyuntikan steroid progesteron yang dapat bekerja sangat lama pada setiap bulan sehingga dapat meningkatkan kandungan protein pada ternak kambing dan akan tetapi tidak mengganggu dan mempengaruhi keadaan  protein susu.
Bearkley (1966 ) berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar.
            C, Devendra. (1994), Menyatakan bahwa nilai yang rendah pada sampel susu dikarenakan ternak tersebut kekurangan gizi, sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk tubuh ternak yang berasal dari bahan kering yang dimakan dan juga korelasi antara kandungan lemak dan nitrogen.
Hadiwiyoto ( 1982 ) berpendapat bahwa susu mengandung protein rata-rata 3,5%. Protein merupakan gabungan dua atau lebih asam-asam amino yang penyusun utamanya adalah atom karbon, atom hydrogen, dan atom nitrogen.
Judkins dan Keener ( 1966 ) berpendapat bahwa pada prinsipnya penentuan kadar lemak susu menurut Gerber sama saja dengan metoda Babcock. Botol yang digunakan disebut Butyrometer. Jadi penentuan kadar lemak susu dengan metoda ini juga menggunakan dasar penambahan asam sulfat yang akan memisahkan lemak susu.
Ressang dan Nasution ( 1973 ) berpendapat bahwa berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan. Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak.
            Undang Santoso. (1996), menyatakan bahwa susu kambing mengandung lemak sekitar 4,2% lemak tersebut terdapat didalam keadaan emulsi yang tersebar merata dalam susu, dan kalau susu tersebut kita diamkan beberapa lama  maka emulsi lemak akan naik ke permukaan susu dan akan membentuk kepala susu.
Asih ( 2000 ) berpendapat bahwa air susu yang baik atau normal memiliki warna putih agak kekuning-kuningan.
            Sri Mulyaningsih (2005), Menyatakan bahwa susu yang masih baik keadaan dan tidak rusak memiliki bau yang agak manis serta khas.
Aksi Agraris Kanisius. (2001), Berpendapat bahwa bila susu sapi itu terasa seperti lobak(padat),maka susu itu sudah terkena bakteri E.Colli.
            Defano (1999), Menyatakan bahwa dengan memiringkan susu dalam tabung reaksi,maka kita dapat mengetahui tingkat kekentalan(konsistensi)suatu jenis susu ternak.
            Djunaidi (1996), Menyatakan bahwa dalam tiap pemerahan,diharapkan kepada si pemerah untuk menjaga kebersihan dirinya.Ini agar tidak ada materi dari si sapi yang terikut dalam susu hasil perahannya.
            Bambang soemantoro. (2004), Menyatakan bahwa sebelum susu itu dipakai dalam suatu penelitian,ada baiknya susu itu terlebih dahulu di homogenkan agar proteinnya tidak mengendap.
Bearkley (1998) berpendapat bahwa pH susu normal adalah berkisar antara 6,5-6,75.
            Effendi (1994), Menyatakan bahwa alcohol mempunyai daya dehidrasi yang tinggi,sehingga protein dapat melekat satu dengan yang lainnya.
Hardjosuwignjo ( 1994 ) berpendapat bahwa susu mengandung protein rata-rata 3,5%. Protein merupakan gabungan dua atau lebih asam-asam amino yang penyusun utamanya adalah atom karbon, atom hydrogen, dan atom nitrogen.
Judkins dan Keener ( 1993) berpendapat bahwa butir protein yang stabilitasnya menurun,bila dipanaskan sampai mendidih akan pecah.
Ressang dan Nasution ( 1991) berpendapat bahwa kandungan lemak suatu susu dapat berkurang,tergantung dari bagaimana susu itu diolah dan dikemas.
            Nur Rahman (1996), menyatakan bahwa mikroorganisme dalam susu dapat mereduksi zat warna biru metilen yang ditambahkan kedalam susu.
Sistem pencernaan hewan ruminansia berbeda dengan hewan Non ruminansia karena pada umum nya hewan  ruminansia mempunyai 4 buah lambung (R.R.Frandson ,1998)
Ternak muda mulai makan makanan padat terutama hijauan , bagian lambung reticulo – rumen mulai membesar dengan cepat sehingga berukuran daya tamping isi makanan  mencapai 60 % sampai 65 % dari seluruh pencernaan ukuran relatif (Tilman , 1998 ).
Sistem pencernaan ternakruminaansia dimulai dari mulut , oesophagus ,rumen , reticulum ,omasum ,abomasums , usus halus ,usus besar , dan berakhir di anus dan system pencernaan pada ruminansia berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk untuk menghasilkan zat-zat yang di perlukan olreh tubuh (sujadi , 1996)
Di dalam rumen akan terjadi pencernaan  mikrobiologis  perubahan kimia bahan makanan yang dilakukan oleh mikroba ( Srigandono , 1996 ).
Bentuk reticulum menyerupai sarang tawon , reticulum membantu ruminansia daman bolus diregurgitasikan  kedalam mulut . kompartemen bagian dalam nya diselaputi membrane mukosayang mengandung intersecting ridge . pada reticulum juga di sebut sebgai  perut jala yang berfungsi filter / penyaring makanan ( Jamila . s. 2001 )
Perut buku di sebut sebagai omasum yang perut nya memiliki buku –buku  yang seperti kitab karena keunggulan  ruminansia ada rumen yang menyerap dari HCL yang dapat menbunuh mikroba ( Hafes , 1996 )
Sebagian besar pekerjaan pencernaan  itu di selesaikan di abomasums yang di sebut perut sejati . dinding sel abomasums menghasil kan enzim , di dalam abomasums disintesis asam – asam gastric yang berfungsi membunuh mikroba pathogen dan menetralisir racun ( Laila , 2004 )
Di dalam usus halus terdapat duodenum yang berfungsi menerima sekresi dari pancreas berupa cairan pankreatikus ( bagod , 2005 )
Dalam penghitungan mikroba di dalam susu,ada 2 cara yang dapat dilakukan.Yaitu metode tuang dan metode sebar atau permukaan.(rian,2001)
Pelarut yang digunakan dalam penghitungan mikroba adalah pepton water 0,1%.(Ashley,2006)
Dalam metode tuang,pengenceran sampel harus dilakukan secara decimal(edi,2008)
Sampel yang diambil di metode tuang adalah sebanyak 0,1 ml atau 1 ml yang telah di encerkan.(dewi2008)
Suhu yang terbaik untuk membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius.(asep,2003)
Dalam metode sebar,sampel yang digunakan adalah sebanyak 15ml(wendi,2005)
Rumus menghitung koloni di dalam petridisc adalah koloni per ml=jumlah koloni X                1
                  Faktor pengenceran
   











METODA PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
            Praktikum tersebut dilaksanakan pada hari kamis, 29 Oktober 2010-17 Desember 2010 pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai yang bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Materi Praktikum
               Materi atau alat dan bahan yang digunakan pada pratikum Anatomi Alat Pencernaan  ini adalah jeroan kambing, terpal, pisau kater 2 buah, sarung tangan.
  Adapun materi ataupun alat dan bahan yang digunakan pada Praktikum Produksi Ternak Perah yang berjudul Pemeriksaan Kesegaran Susu ini terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut: Uji Sensorik atau Uji Organoleptik, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas becker, pipet 10 ml, pembakar busen, botol 100ml. Uji Kebersihan dengan Metode Saring, kertas saring, corong, tabung erlemeyer. Uji Alkohol, alkohol 68%, 70%, 75%, dan 96%, tabung reaksi 4 buah. Uji Didih/Uji Masak, tabung reaksi, pembakar busen. Uji Reduktase dengan Biru Metilen, larutan biru metilen, tabung reduktase, peenangas air, pipet 1ml dan 25ml.
            Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Pemeriksaan Komposisi susu tersebut adalah :
            Pada Pengukuran Berat Jenis ini alat dan bahan yang digunakan adalah Laktodesimeter, Termoter, Gelas Ukur ( 100 ml dan 250 ml ), Labu Erlemeyer ( 250 ml dan 500 ml ), dan Susu Segar 500 ml.
 Pada Pengukuran Kadar Bahan Kering ini alat dan bahan yang digunakan adalah Timbangan Analitik skala 0,1 mg, Oven temperatur 102o C, Eksikaltor, Cawan Gelas dengan penutup diameter 5 cm.
Pada Pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber ini alat dan bahan yang digunakan adalah H2SO4 pekat (91%-92%), Amil Alkohol, Butyrometer, Pipet Otomat ( 1 ml ± 0,05 ml dan 10 ml ), Pipet khusus susu 10,75 ml, Sentrifus, Penangas Air.
Pada Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Titrasi Formol ini alat dan bahan yang digunakan adalah larutan NaOH 0,1 N, Kalium Oksalat, Formalin 35%, Phenolpthaline (PP) 2%, Cobalt Sulfat, Rosanilin Klorida 0,01%, Aquades, Pipet ( 1 ml dan 25 ml ), Labu Erlemeyer, Gelas Becker 250 ml, dan Buret.
Adapun materi ataupun alat dan bahan yang digunakan pada Praktikum Produksi Ternak Perah yang berjudul Pemeriksaan Pemalsuan Susu ini terdiri dari atas : Pembuktian Penambahan Air, laktodensimeter, termometer, gelas ukur 4 buah, labu erlemeyer 4 buah. Pembuktian Penambahan Pati, larutan asam acetat, larutan lugol, tabung reaksi, corong, kertas saring, pipet, busen. Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch, larutan paraphenildiamin, larutan hydrogen peroksida, tabung reaksi. Pembuktian Penambahan Formalin, larutan asam klorida, tabung reaksi, penangas air.
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum Pemeriksaan Mikrobiologi Susu ini adalah pelarut (phosphate buffer,pepton water 0,1%),media plate count agar,botol 150 ml atau tabung reaksi 20-50 ml steril,pipet steril 1ml;5ml;10ml;11ml,penyedot pipet,cawan petri steril,dan incubator.
Metoda
Adapun dari cara kerja tiap praktikum ini adalah:
Prosedur dalam pratikum Anatomi Alat Pencernaan adalah pasang sarung tangan kemudian  kita pisah-pisahkan jeroan dari tempatnya dengan pisau sehingga mudah untuk di amati diletakkan sesuai dengan proses makanan itu berjalan.
Adapun cara kerja dari praktikum Pemeriksaan Kesegaran Susu ini adalah :
Pada Uji Sensorik ini dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut:


a.Uji Warna,amati warna susu tersebut
·       Bila berwarna putih susu berarti susu tersebut normal (baik).
·       Bila berwarna biru berarti susu tersebut dicampur air.
·       Bila berwarna kuning berarti susu tersebut banyak mengandung karoten.
·       Bila berwarna merah berarti pada susu tersebut terdapat darah.
b.Uji Bau,pertama sampel susu diambil dengan alat pengambil sampel dan dimasukkan kedalam botol ukuran 100ml dan diisi sepertiganya.Tutup botol tersebut dengan sumbat yang tidak berbau.Simpan dalam suhu rendah.Sebelum diuji masukkan botol tersebut dalam penangas air (35-40 Derajat C).Sambil mengangkat tutup botol,uji bau dapat dilakukan.Bedakan bau susu sebelum dipanaskan dengan susu yang sudah dipanaskan.
Pada Uji kekentalan dilakukan dengan memiringkan tabung reaksi kemudian ditegakkan kembali.Perhatikan susu yang membasahi dinding tabung.
Pada Uji Rasa,susu diteteskan ke telapak tangan dan dicicipi.
Pada Uji Kebersihan dengan metode saring ialah terlebih dahulu homogenkan 500ml sampel susu.Tuangkan sampel susu secara perlahan-lahan melalui dinding corong.Pada mulut corong telah terpasang kertas saring.Susu ditampung dalam tabung Erlenmeyer.Setelah kertas saring dilepaskan,amati kotoran yang tertinggal di kertas saring tersebut.Kotoran dapat berupa bulu,potongan rambut,feces,pasir,dll.
Pada Uji Alkohol tabung reaksi masing-masing diisi 3ml air susu.Tabung I ditambahkan 3ml alkohol 68%,tabung II ditambahkan 3ml alkohol 70%,tabung III ditambahkan 3 ml alkohol 75%,dan tabung IV ditambahkan 3ml alkohol 96% untuk kontrol.Masing-masing tabung dikocok dan diamati.
Pada Uji Didih masukkan 5 ml susu kedalam tabung reaksi dan panaskan sampai mendidih.Penilaian,bila terdapat butir-butir dan susu tidak homogen berarti susu pecah(susu rusak) dan hasilnya positif,begitupun sebaliknya.
Pada Uji Reduktase masukkan 1ml larutan biru metilen ke dalam tabung reduktase,tambahkan sampel susu sampai batas lingkaran.Tutup tabung tersebut dengan sumbat,lalu campurkan sehingga warna biru merata.Caranya dengan membolak-baliktabung(kira-kira 3 kali).Masukkan tabung kedalam penangas air selama 4-4,5 jam.Penangas air diletakkan di tempat terlindung dari cahaya.Bila menggunakan inkubator,masukkan dahulu tabung ke dalam penangas air selama 5 menit untuk menghangatkan,kemudian dimasukkan kembali ke dalam inkubator.
Adapun dalam praktikum Pemeriksaan Komposisi Susu metodenya adalah:
Pada Pengukuran Berat Jenis ini dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama sample susu dihomogenkan dengan cara memindahkan dari satu erlemeyer ke erlemeyer yang lain berulang-ulang secara hati-hati. Kemudian sample susu dituangkan kedalam gelas ukur melalui dindingnya agar tidak berbentuk buih. Laktodensimeter dicelupkan kedalam sample susu secara berlahan-lahan, biarkan timbul dan tunggu sampai laktodensimeter berhenti bergerak ( ± 1 menit ). Baca skala yang tertera. Setelah pembacaan selesai, catat suhu yang tertera di laktodesimeter dan ukur suhu sample susu dengan thermometer. Ulangi prosedur diatas sebanyak 2-3 kali. Angka yang diperoleh dirata-ratakan. Kemudian Skala yang dibaca pada laktodensimeter menujukan decimal 2 dan 3. Decimal ke-4 dikira-kirakan. Susu sample susu harus diantara 20-30 o C, kemudian disesuaikan dengan suhu 27,5 o C.
Pada Pengukuran Kadar Bahan Kering dengan Metode Pengeringan ini dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama keringkan cawan dan tutupnya dalam oven ( 102o C ) selama 10 menit. Setelah itu masukkan cawan kedalam eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar. Timbang cawan beserta tutupnya (G1). Masukkan 3 ml sample susu kedalam cawan. Timbang kembali cawan yang berisi sample beserta tutupnya (G2). Masukkan cawan kedalam oven ( 102 – 2o C ) dan letakkan tutup cawan disamping cawan. Biarkan selama 1 jam, setelah itu keluarkan dari oven dan masukkan cawan yang telah ditutup kedalam eksikator (cawan harus ditutup selama berada di dalam eksikator). Setelah cawan dingin (mencapai suhu kamar) timbanglah cawan beserta tutupnya. Masukkan kembali cawan kedalam oven, keringkan selama 1 jam. Setelah itu masukkan kembali kedalam eksikator sampai dingin. Timbang kembali cawan tersebut (G3.2). Lakukan prosedur tersebut sampai tercapai berat konstan (G3.1 = G3.2) atau selisih hasil pengukuran sebelum dan sesudahnya tidak melebih 0,5 mg.. Penambahan berat cawan pada cawan kosong adalah berat bahan kering sample, kemudian lakukan perhitungan.
Pada Pengukuran Kadar Bahan Lemak dengan Metode Gerber ini dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama masukan 10 ml H2SO4 pekat (dengan pipet otomat 10 ml), kedalam butyrometer. Melalui dinding butyrometer, masukan 10,75 ml sample susu (dengan pipet khusus susu) secara berhati-hati dan 1 ml amil alcohol (dengan pipet otomat). Butyrometer disumbat sampai rapat, kemudian di kocok dengan arah angka delapan selama 3-5 menit agar bagian-bagian didalamnya tercampur rata. Karena ada reaksi panas yang ditimbulkan, maka dianjurkan sebelum mengocok butyrometer sebaiknya dibungkus dengan kain lap. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan, masukan butyrometer kedalam sentrifus dan pasang sentrifus pada 1200 rpm selama 5 menit. Kemudian masukkan butyrometer kedalam penangas air dengan suhu 65o C selama 5 menit. Cara meletakkan butyrometer didalam penangas air adalah bagian yang ada sumbatnya di bawah dan bagian yang ada skalanya di atas. Setelah itu baca skala yang tertera pada butyrometer skala tersebut menunjukan persentase kadar lemak. Perhatikan pada waktu membaca skla, maka batas antara lemak (cairan jernih) dengan campuran (ungu-coklat) harus tepat di angka O (nol). Hal ini diatur dengan mendorong atau menarik sumbat butyrometer dengan sangat hati-hati.
Pada Pengukuran Kadar Bahan Protein dengan MetodeTitrasi Formol ini dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama masukkan 10 ml susu kedalam erlemeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquades serta 0,4 ml larutan Kalium oksalat jenuh ( Kalium oksalat :air = 1:3, perhatikan : Kalium oksalt beracun) dan 1 ml phenolphtalin 2% diamkan selama 2 menit. Titrasi campuran tersebut dengan NaOH 0,1 N sampai mencapai warna standar atau warna merah muda. Warna standar yaitu 10 ml susu + 10 ml aquades + 0,4 ml kalium oksalat jenuh + 1 tetes 0,01% indicator rosanilin klorida. Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml larutan formalin dan titrasi kembali dengan NaOH sampai warna tercapai kembali. Catatlah titrasi kedua ini. Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari : 20 ml Aquades + 0,4 ml larutan kalium oksalat  jenuh + 1ml indicator phenolphtalin + 2 ml larurtan formalin dan titrasi dengan larutan NaOH. Titrasi terkoreksi yaitu titrasi kedua dikurangi titrasi blanko.
Adapun metode yang digunakan pada Praktikum Produksi Ternak Perah yang berjudul Pemeriksaan Pemalsuan Susu adalah : Pembuktian Penambahan Air, dengan mengukur berat jenis susu.. berat jenis normal susu berkisar antara 1,0280 – 1,0320. dengan penambahan air atau whey maka berat jenis akan turun. Pembuktian Penambahan Pati, sample susu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml kemudian tambahkan 0,5 ml asam acetate. Tabung dipanaskan dan susunya disaring, kedalam filtrate teteskan 4 teteskan lugol. Apabila positif mengandung pati, maka warna filtrate menjadi biru, bila berwarna kuning artinya negative, apabila berwarna hijau, reaksinya diragukan. Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch, sample susu dimasukkan kedalm tabung reaksi sebanyak 5 ml dan tambahkan 2 tetes larutan praphenildiamin 2%. Tambahkan 1-4 tetes larutan hydrogen peroksida. Susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru. Susu yang dipanaskan pada suhu 77 – 80 C tetap berwarna putih. Pembuktian Penambahan Formalin, sample susu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml dan tambahkan 10 ml larutan asam klorida yang mengandung besi. Kemudian panaskan dan biarkan 1 menit dalam suhu mendidih. Bila mengandung formalin, maka akan tampak warna ungu.
Adapun dalam metoda Pemeriksaan Mikrobiologi Susu yaitu dengan metode tuang yaitu: beri label pada botol atau tabung reaksi yang berisi larutan pengencer dan cawan petri.Lakukan pengenceran sampel secara decimal (menjadi pengencer 1:10,1:100,1:1000,dan seterusnya).Ambil sampel 0,1 atau 1 ml yang telah diencerkan dan masukkan ke dalam cawan petri.Tuangkan media agar cair(suhu 44-45derajat Celcius)sebanyak 12-15 ml untuk setiap cawan petri(penuangan ini tidak boleh lebih dari 15 menit).Selama penungan media tutup cawan tidak boleh dibuka terlalu lebar.Segera setelah penuangan media agar cair,goyangkan cawan membentuk angka 8 diatas meja untuk menyebarkan sel mikroba.Biarkan sampai media agar memadat.Setelah agar memadat,masukkan cawan petri kedalam incubator dengan posisi terbalik selama 24-36 jam pada suhu 30-32derajat Celcius.Untuk metode sebar tuangkan 15 ml agar cair kedalam cawan petri dan biarkan memadat.Pipet sampel yang sudah diencerkan 0,1 ml dan dituangkan di atas agar yang sudah memadat.Sebarkan larutan sampel ke seluruh permukaan agar dengan menggunakan ose bengkok.Biarkan sampel mongering selama 15 menit,kemudian cawan petri dibalik dan di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 30-32derajat Celcius.Lakukan penghitungan koloni yang terdapat dalam agar.














                                                                                                                              
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahwa sistim pencernaan pada ruminansia mulai dari mulut , oesopagus rumen reticulum omasum abomasums usus halus (dua denum,jejunum ilium ) lalu ke usus besar (sekum colon rectum ) dan keluar melalu anus . Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
gambar:Sistem pencernaan ruminansia.jpg


a.     Mulut
Organ pertama tempat masuk makanan ke dalam tubuh, dalam mulut terdapat gigi (kecuali unggas tidak bergigi), lidah dan saliva. Pada herbivore gigi sebagai penggilas makanan, lidah sebagai tangan untuk mengambil makanan dan saliva untuk membasahi makanan. Pada ruminansia peran saliva sangat penting.
b.     Esophagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan pharynx (kerongkongan) dengan perut. Pada unggas esopgagus di bawah parynx membesar, disebut crop (tembolok) tempat penyimpanan makanan sementara, kemudian membesar lagi sebagai perut (proventriculus).
c.      Rumen

Pada reticulum sering disebut dengan perut jala yang berfungsi untuk  mengambil atau sebagai tempat yang kasar-kasar dan juga dapat diartikan sebagai proses pencernaan secara fermentative (proses regutasi).
Rumen dalah untuk penyimpanaan makannan dan di dalam rumen ini juga terjadi pengunyahan kembali  .Ternak muda mulai makan makanan padat terutama hijauan , bagian lambung reticulo – rumen mulai membesar dengan cepat sehingga berukuran daya tamping isi makanan  mencapai 60 % sampai 65 % dari seluruh pencernaan ukuran relatif (Tilman , 1998 ). Di dalam rumen akan terjadi pencernaan  mikrobiologis  perubahan kimia bahan makanan yang dilakukan oleh mikroba
Pada rumen ini berbentuk seperti handuk. Pencernaan fermentatif dilakukan atas bantuan mikroba. Pada proses pencernaan fermentatif zat makanan dirombak menjadi senyawa lain yang berbeda sifat kimianya sebagai zat intermediate. Mikroba yang terlibat dalam proses pencernaan ini memiliki sifat selulolitik dan proteolitik. Pada ruminansia pencernaan fermenetatif terjadi di dalam rumen dan retikulum, sedangkan pada hewan herbivora lainnya terjadi pada colon, atau secum.
d.     Retikulum

Retikulum ( lambung Jala ) Berfungsi untuk menyaring  pakan atau makanan yang masuk. Bentuk reticulum menyerupai sarang tawon , reticulum membantu ruminansia daman bolus diregurgitasikan  kedalam mulut . kompartemen bagian dalam nya diselaputi membrane mukosayang mengandung intersecting ridge . pada reticulum juga di sebut sebgai  perut jala yang berfungsi filter / penyaring makanan ( Jamila . s. 2001 ).

e.     Omasum.

Pada omasum sering disebut dengan perut kitab yang berfungsi sebagai penyerapan sari-sari makanan (pembuangan sisa makanan) yang diedarkan keseluruh tubuh.
Omasum ( Lambung kitab ) makanan atau pakan  di dalam omasum lebih padat atau kering  di sini  sudah mulai terjadi penyerapan. Perut buku di sebut sebagai omasum yang perut nya memiliki buku –buku  yang seperti kitab karena keunggulan  ruminansia ada rumen yang menyerap dari HCL yang dapat menbunuh mikroba ( Hafes , 1996 ). Pada omasum menghubungkan reticulo – rumen dan abomasums berukuran kecil kira-kira berkapsitas 6% sampai 8 % dan di dalam omasum terjadi penyerapan air dan mineral ,kandungan air  di dalam omasum sekitar 15 % .
f.      Abomasum
Pada abomasum makanan dalam keadaan cair  hal ini di sebabkan oleh enzim yang terdapat  pada tubuh ternak tersebut  terutama pada abomasums itu sendiri Sebagian besar pekerjaan pencernaan  itu di selesaikan di abomasums yang di sebut perut sejati . dinding sel abomasums menghasil kan enzim , di dalam abomasums disintesis asam – asam gastric yang berfungsi membunuh mikroba pathogen dan menetralisir racun ( Laila , 2004 ). Di dalam abomasum mikroba tidak dapat tiumbuh di sebab kan asam yang terlalu tinggi karena mikroba tidak tahan dengan asam tinggi missal nya protein.

g.     Usus Halus

Pada usus halus ini terjadi proses penyerapan zat-zat yang   berguna bagi tubuh ternak Di dalam usus halus terdapat duodenum yang berfungsi menerima sekresi dari pancreas berupa cairan pankreatikus ( bagod , 2005 ). Di dalam usus terjadi absorc absorpsi di di serap di usus halus dan tinggal di gunakan oleh tubuh.
Usus adalah tempat pencernaan zat makanan yang paling sempurna dan efisien. Usus sama dengan tempat mensekresikan 4 macam zat yaitu :
  • Getah usus (doudenal juice)
1.     Bersifat alkalis
2.     Keluar melalui ductus (saluran) diantara vili
3.     Sebagai pelumas dan melindungi dinding doudenum dari hel
4.     Yang masuk dari lambung
  • Getah pankreas
  • Empedu
·       Succus entericus
Pada usus halus terdapat bebrapa bagian yaitu duodenum, yeyeum, dan ileum. Sedangkan pada usus besar terbagi 3 bagian yaitu sekum, rtektum dan colon.



h.     Usus besar (colon)
 Usus besar merupakan bagian terpenting bagi herbivore non ruminansia (hindgut fermentors), karena proses pencernaan fermentatif terjadi pada bagian ini. Bagi ternak ruminansia usus besar lebih banyak berfungsi dalam penyerapan air.
Cecum
 Secum atau usu buntu merupakan terletak antara usus halus dengan usus besar, pada unggas terdapat dua buah caecum disebut caeca, pada hewan lainnya hanya satu (caecum).
Rektum
 Rektum merupakan bagian ujung alat pencernaan sebelum anus. Pada unggas disebut cloaca karena menyatu dengan organ reproduksi.


Pada praktikum Pemeriksaan Kesegaran Susu:
Uji Sensorik
            Pada Uji warna,masukkan 5-10ml sampel susu kedalam tabung reaksi.Lalu didapat hasil warna putih susu agak kekuningan.Hal ini senada dengan Asih (2000).

Uji Bau
            Pada Uji Bau,didapat hasil bau susu yang dipakai dalam uji ini adalah normal.Ini dikarenakan susu itu masih segar dan belum mendapat campuran bahan-bahan kimia seperti pengawet dan pewarna,seperti yang dikatakan oleh Sri Mulyaningsih (2005).

Uji Kekentalan
            Pada uji kekentalan,menurut Defano(1999),dengan memiringkantabung reaksi kemudian ditegakkan kembali kita dapat mengetahui tingkat kekentalan susu suatu jenis ternak.Dan hal ini pun kami lakukan.Dan kami mendapati susu yang kami uji adalah encer.Ini mungkin karena sudah ada pencampuran air atau pengurangan lemak susu tersebut.


Uji Rasa
          Pada uji rasa,kami meneteskan susu ke telapak tangan dan dicicipi.Kami merasakan susu tersebut agak manis.Ini sependapat dengan pernyataan Aksi Agraris Kanisius. (2001).



Uji Kebersihan
          Pada uji kebersihan,kami ingin melihat kotoran yang terdapat di dalam susu,yang tidak terlihat oleh mata.Susu yang dipakai ialah susu yang sudah dihomogenkan terlebih dahulu.Lalu dituang secara perlahan ke dalam corong yang sudah ada kertas saringnya.Setelah itu liat kotoran yang ada di dalam kertas saring tersebut.Dan kami mendapati ada bulu-bulu halus,kotoran tidak terlalu banyak dan kami menyimpulkan penyaringan terssebut cukup baik.
Uji Didih
        Pada uji didih susu terlebih dahulu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml dan dipanaskan sampai mendidih.Setelah itu dilihat,apakah susunya terlihat pecah atau tidak.
Menurut Judkins dan Keener ( 1993),bila susu itu tidak pecah atau butir-butir proteinnya rusak,maka susu itu dapat dikatakan baik.Dan kami mendapati susu yg kami uji adalah susu yang masih homogen atau baik.

Uji Alkohol
         Pada Uji alkohol,karena alkohol mempunyai daya dehidrasi yang akan menarik gugusan ion H dari ikatan mantel air protein,sehingga protein dapat melekat satu dengan yang lainnya,saperti yang diutarakan oleh Effendi(1994).Dan hasil uji kami adalah tabung I negatif,tabung II positif,tabung III negatif dan tabung IV positif.

Uji Reduktase
         Enzim Reduktase yang dihasilkan mikroorganisme dalam susu akan mereduksi zat biru metilen yang dimasukkan ke dalam susu sampai tidak berwarna.Seperti yang dikemukakan oleh Nur Rahman (1996).Dan kami mendapati hasil pertama 20menit-2 jam yaitu kelas III dan yang kedua >2jam-4,5 jam yaitu kelas II.


Tabel Lama Waktu Reduksi terhadap Kualitas Susu
WAKTU REDUKSI
KUALITAS SUSU
<20 menit
Jelek
20 menit-2 jam
Kelas 3
>2 jam-4,5 jam
Kelas 2
>4,5 jam
Kelas 1 (baik)





         Pada Praktikum Pemeriksaan Komposisi Air Susu :
Pengukuran Berat Jenis (BJ)
Hasilnya adalah setelah susu tersebut dihomogenkan dengan memindahkan susu dari erlemeyer yang satu ke erlemeyer yang lain kemudian dituangkan pada kedalam gelas ukur secara hati-hati agar tidak timbul buih lalu dicelupkan laktodensimeter secara perlahan-lahan dan setelah itu catat suhu yang tedapat pada laktodensimeter dan diukur dengan thermometer maka didapat hasil yaitu suhu air susu 27°Celcius.Dan setelah dihitung kami mendapati rata-rata BJ susu adalah 1,022.

Tabel Berat Jenis dan Volume Air pada Beberapa Suhu
Suhu(°C)
Berat Jenis
Volume
Suhu(°C)
Berat Jenis
Volume
4
1,000000
1,0000
-
-
-
15
0,999126
1,0009
25
0,997069
1,0029
17,5
0,998710
1,0013
26
0,996808
1,0032
20
0,998229
1,0018
27
0,996558
1,0035
21
0,998017
1,0020
27,5
0,996400
1,0036
22
0,997795
1,0022
28
0,996458
1,0038
23
0,997663
1,0024
29
0,995969
1,0043
24
0,997321
1,0027
30
0,995672
1,0043

Dan untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi Agraris Kanisius (1993).

Pengukuran Kadar Protein
            Pada kadar protein dengan proses netralisasi dan penambahan asam oksalat jenuh, penambahan formalin akan membentuk gugusan dimetinol dan akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat, hasilnya setelah dilakukan titrasi campuran dengan NaOH 0,1 N sampai warna standar yaitu menjadi warna putih, warna standar 10 ml susu ditambah 10 ml aquades rosanilin klorida, mulai 4,5-4,9 NaOH yang digunakan 0,4 untuk warna standar 6,5-7,11 NaOH yang digunakan sebesar 1,2, setelah warna tercapai ditambahkan formalin dan titrasi kembali dengan NaOH sampai warna tercapai lagi. Titrasi lianko dengan larutan formalin menghasilkan 0,3 ml. mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak / krim susu dengan tanpa penambahan garam (SNI, 1995). Sesuai dengan pernyataan dari Allen D, Tilman (1998). Dan juga untuk menyatakan bahwa nilai yang rendah pada samppel susu dikarenakan ternak tersebut kekurangan gizi, sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk tubuh ternak yang berasal dari bahan kering yang dimakan dan juga korelasi antara kandungan lemak dan nitrogen hal ini sesuai dengan pernyataan dari C, Devendra (1994).Dan kami mendapati hasil adalah kadar N =0,0154088;kadar Protein =2,013;dan kadar kasein =1,793
Bahwa dengan dilakukan penyuntikan steroid progesteron yang dapat bekerja sangat lama pada setiap bulan sehingga dapat meningkatkan kandungan protein pada ternak kambing dan akan tetapi tidak mengganggu dan mempengaruhi keadaan  protein susuhal ini sesuai dengan pendapat  Bambang soemantoro (1997). Dan ditambah bahwa kasein yang terdapat dalam koloidal susu akan menyebabkan warna susu akan keruh, dan kalau terkena zat asam yang sengaja dibubuhkan pada susu maka akan membuat susu tersebut masam, dan membuat zat asam terlepas dan kasein protein pada susu tersebut akan mengendap karena tidak tidak larut dalam susu hal inisesuai dengan pendapat dari B. Sarwono (1996).

Pengukuran Kadar Bahan Kering
Pada Pengukuran Kadar Bahan Kering ini, maka hasil data yang didapat adalah sebagai berikut : Dengan  metoda pengeringan sejumlah sample susu dikeringkan pada suhu tetap sample berat jenis kering yang konstan tercapai, berat setelah pengeringan adalah berat bahan kering. Setelah kedua cawan dan tutupnya dikeringkan dalam oven (1020 C) selama 10 menit kemudian dimasukkan kedalam eksikator sampai mencapai suhu kamar lalu kedua cawan beserta tutupnya ditimbang menghasilkan berat yang besar 11,5421gr (G1) gr dan yang kecil 11,5753 gr(G1) gr. Kedalam cawan dimasukkan 3 ml sample susu lalu ditimbang dan hasilnya adalah yang besar 14,4963 gr (G2) dan yang kecil 14,4860 gr(G2). cawan tersebut dimasukkan kedalam eksikator supaya dingin. Setelah cawan dingin kemudian ditimbang hasilnya adalah yang besar 11,8889 gr (G3) dan yang kecil 11,9142 gr(G3) gr.Hasilnya adalah cawan penguap G1=14,652 gr;cawan penguap G2==  17,827 gr;dan cawan penguap G3=15,004 gr.Kadar bahan keringnya adalah 11,1%.
            Pengukuran kadar bahan kering : Dengan  metoda pengeringan sejumlah sample susu dikeringkan pada suhu tetap sample berat jenis kering yang konstan tercapai, berat setelah pengeringan adalah berat bahan kering. Setelah kedua cawan dan tutupnya dikeringkan dalam oven (1020C) selama 10 menit kemudian dimasukkan kedalam eksikator sampai mencapai suhu kamar lalu kedua cawan beserta tutupnya ditimbang menghasilkan berat yang besar 14,8061 gr dan yang kecil 10,28 gr. Kedalam cawan dimasukkan 3 ml sample susu lalu ditimbang dan hasilnya adalah yang besar 17,7371 gr dan yang kecil 13,0851. cawan tersebut dimasukkan kedalam eksikator supaya dingin. Setelah cawan dingin kemudian ditimbang hasilnya adalah yang besar 17,3039 gr dan yang kecil 12,7561 gr.Dan hasilnya adalah untuk cawan besar  BK =85,404%;dan cawan besar BK=88,27 %
            Pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber : asam sulfat pekat melarutkan dan merombak casein dan protein susu sehingga lenyap dan membentuk dispensi lemak. Lemak yang mencair melalui proses sentrifugasi akan terpisah didalam butyrometer dan pemisahan akan dipermudah. Hasilnya setelah H2SO dimasukkan kedalam butyrometer dan dicampurdengan susu serta amil alcohol sebanyak ini, setelah dikocok dengan arah angka 8 selama 3 menit warnanya berubah menjadi ungu tua sampai kecoklatan. Setelah itu damsukkan lagi kedalam sentrifus dan menghasilkan skala yang tertera pada butyrometer dan skala tersebut menunjukan persentase kadar lemak, namun nyatanya tidak terbaca dengan baik atau gagal.
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum Pemalsuan Air Susu adalah sebagai berikut :
Pembuktian Penambahan Air

BJ Gelas ukur I : 1, 030                                                                   
BJ Gelas ukur II : 1, 029
BJ Gelas ukur III : 1, 025
BJ Gelas ukur IV : 1, 021
Dari hasil tersebut maka pembuktian penambahan air terdapat pada gelas ukur IV, dengan berat jenis terendah yaitu, 1, 021.
Pemalsuan dengan air : Menilai berdasarkan BJ ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pemalsuan susu dengan penambahan air atau tidak. Jika terjadi pemalsuan dengan air, penambahan air yang jumlah sedikit pada susu mungkin tidak menimbulkan perbedaan yang mencolok pada susu, akan tetapi pada penambahan air dalam jumlah banyak pada susu akan menyebabkan susu menjadi encer dan berwarna agak kebiru-biruan. Kalau sedikit air ditambahkan, aspek air susu tidak berubah. Kalau air ditambah dalam jumlah banyak, maka susu akan encer dan kebiru-biruan. Umumnya pemalsuan mengakibatkan : Titik beku naik, pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.5000 C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.  Angka refraksi turun, Berat jenis, kadar lemak dan kadar bahan kering turun, % lemak bahan kering tetap, Kadang-kadang dapat dinyatakan adanya nitrat

Pembuktian Penambahan Pati
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum  pembuktian  penambahan pati adalah sebagai berikut :
Tabung reaksi I : berwarna kuning
Tabung reaksi II : berwarna kuning
Tabung reaksi III : berwarna biru
Berdasarkan hasil dari masing-masing tabung reaksi tersebut maka gelas ukur yang mengalami penambahan pati adalah gelas ukur III yang diuji sampel pada tabung reaksi III.
Pati merupakan kabohidrat apabila bereaksi dengan lemak logol maka akan membentuk warna biru  Butiran pati jika dibandingkan dengan butiran lemak susu maka butiran pati berbentuk lebih padat dan teratur sedangkan butiran lemak lebih lembut ( tidak padat ) dan ukuran butiran lemak lebih kecil dari butiran pati

Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum  pembuktian  penambahan susu masak adalah sebagai berikut :
Gelas I : berwarna putih
Gelas II : berwarna biru
Berdasarkan praktikum diatas diperoleh hasil bahwa gelas II yang berwarna biru yang berarti susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan karena perubahan warnanya menjadi biru.



Pembuktian Penambahan Formalin
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum  pembuktian  penambahan susu masak adalah sebagai berikut : Tabung reaksi I menghasilkan warna ungu, hal ini membuktikan tabung reaksi yang merupakan sampel yang diambil dari gelas ukur I mengalami penambahan formalin yang dibuktikan dengan dihasilkannya warna ungu.
Dengan penambahan formalin, maka kesegaran susu akan lebih tahan lama dibandingkan dengan susu yang tidak dicampurkan formalin.

\
Pemeriksaan Mikrobiologi Susu
   Adapun hasil yang diperoleh dari pemeriksaan Mikrobiologi Susu dengan pengenceran 1:10 pada Penghitungan di Agar Nutrient 1,2x1012 dan pada Penghitungan di MRC adalah 2,5 x 1012.Banyaknya Mikroba yang hidup di dalam agar itu disebabkan tercukupinya nutrient dari agar itu sendiri. Suhu yang terbaik untuk membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius.(asep,2003)











PENUTUP
Kesimpulan
            Setelah melakukan praktikum ini maka diharapkan Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan susu yang terbaik dan termudah serta mengerti susu yang berkualitas atau tidak.Warna susu putih kekuningan disebabkan oleh adanya kalsium &kekuningan disebabkan karena banyak mengandung Karoten.Cara yang paling mudah untuk menentukan susu itu baik atau tidak yaitu dengan mengukur Berat Jenisnya dan dengan diuji alkohol.

Saran
Setelah melaksanakan praktikum ini penulis menyarankan agar praktikum selanjutnya lebih baik lagi dari pada praktikum sebelumnya, mahasiswa dapat menjaga kedisplinan dan  menciptakan kerja sama yang baik, lebih hati-hati menggunakan alat-alat laboratorium. Sehingga proses pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan baik serta memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang di harapkan.














DAFTAR PUSTAKA
Arbianto, purwo (2002). Konsep- konsep Sistem Pencernaan. Gramedia. Medan.

Bowden 2001. AnIntroduction to Practical Animal Breeding.Granada                         Publishing London,Toroto,Sydney, New York.

Basya 2000,. The Structure and Action of Digestive sistem. Gajah Mada             Universitas Press.Jakarta.    

Ensminger 2001,.Dairy Cattle and Milk Production.The Macmillan   Company.      

Hudson 2001,Ensiklopedia Biology, Ghalia Putra Indonesia. Jakarta.
                                         
Neumann.2002,.Theori of Biology (Fifth Edition). Prentice-Hall International Inc.,Englewood Cliffts.

Negoro Koesmartono, dkk.2000, Anatomi Pencernaan Umum jilid 1 dan 2. Terate.Bandung.

Rawuh R, dkk..2001,.On Breeding and Improvement of Farm Animal.Mc Grow-Hill Book Company Inc.New York.Toronto.

Sudono dkk .2001.Anatomi Pencernaan Ruminansia Kecil. Erlangga.Jakarta.

Surya, 2002. Terbak Perah. Erlangga. Yogyakarta

Syahrial .2002.. Mekanisme Sistem Pencernaan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Aksi Agraris Kanisius. (1993). Penuntun Beternak Sapi Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Devendra, C. (1994). Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB Bandung, Bandung.
Santoso, U. (1996). Pemeliharaan Ternak Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
                 Murtidjo, Agus. (1995). Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. (1996). Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
                 Soemantoro, B. (1997). Kimia Dasar untuk SMA jilid IV. Erlangga, Jakarta.
                 Tilman, D, A. (1998).Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar