PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah sekresi susu yang praktis bebas dari
kolesterum yang diperoleh dari pemerahan sempurna dari seekor sapi atau lebih.
Susu tidak saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak
kambing. Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh lemak,
protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi yang
tinggi dan seimbang. Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba, baik mikroba
yang patogen maupun mikroba non patogen.
Susu merupakan sumber protein, sumber energi sehingga
dapat memberikan kepada kita kesehatan,
maka dari itu minat beli masyarakat sangat tinggi walaupun harga susu
kadang-kadang naik tetapi tidak menyurutkan daya beli masyarakat terhadap
produksi susu.
Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging dan
telur yang sangat diminati oleh masyarakat
dan susu sangat bermamfaat bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat
dibutuhkan oleh anak dari ternak itu sendiri, karena air susu yang pertama kali
keluar dari induk mengandung banyak sekali anty bodi atau pelindung tubuh anak
agar tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit yang bisa menyebabkan ternak
itu cacat atau mati.
Untuk mendapatkan susu sapi yang baik yang bermutu
tinggi maka perlu dilakukan
beberapa langkah pertama pada waktu pemerahan harus mengetahui kapan ternakut
siap untuk diperah serta berapa lama pemerahan berlansung kemudian yang kedua pada
waktu pemerahan kita harus mengetahui kebersihan dari tempat pemerahan serta
kebersihan dari ternak yang diperah karena apabila ternak yang diperah tersebut
tidak bersih akan mengganggu kualitas dari air susu tersebut.
Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu
menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau
dan lain-lain. Ternak perah
mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu.
Industri ternak prah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia untuk memproduksi
susu melebih kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan anaknya. Ternak perah
mulai dikenal pada abad ke-19 di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial
belanda dengan mendatangkan kambing yang merupakan sapi tipe perah. Ternak perah
dapat diartikan sebagai ternak ruminansia yang secara genetic mampu
menghasilkan air susu seperti sapi, kambing dan kerbau.
Kambing adalah produsen utama air susu dunia yang mampuh memproduksi ±91% dari produksi susu dunia. Air susu
merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai
gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak dikurangi ataupun tidak
ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan. Komposisi air
susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu dapat digunakan
baik dalam bentuk aslinya.
Pada praktikum ini juga
dibahas mengenai alat-alat pencernaan pada ternak Ruminansia kecil seperti
kambing dan domba,pemeriksaan kesegaran susu,pemeriksaan komposisi
susu,pemeriksaan pemalsuan susu dan pemeriksaan mikrobiologi susu.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dilaksanakan
praktikum Produksi Ternak Perah ini,yakni untuk mengetahui anatomi alat
pencernaan ruminansia,mengetahui kesegaran susu,mengetahui komposisi air
susu,mengetahui pemalsuan air susu,dan mengetahui mikrobiologi susu.
Manfaat dari Praktikum
Produksi Ternak Perah sangat penting sekali bagi kehidupan manusia, karena
hasil yang diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang susu, sehingga
mahasiswa dapat memahami peranan susu yang sebenarnya dan paham untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena susu mengandung gizi tinggi
dan seimbang yang ditumbuhkan manusia untuk mengetahui proses terjadinya susu
dan kegunaannya, serta berbagai jenis dan bangsa ternak yang dapat menghasilkan
susu maka perlu pemahaman tentang aspek yang mendasar tentang ternak
perah.
TINJAUAN PUSTAKA
AAK ( 1980 )
berpendapat bahwa air susu yang baik atau normal memiliki Bs 1,027 – 1,031 pada
temperatur 27,5o perbedaan BJ yang mencolok harus dikurangi.
Agus
martidjo. (1995), Menyatakan
bahwa produksi hasil susu kambing yang dikandangkan dengan produksi hasil susu
kambing yang tidak dikandangkan lebih banyak sekitar dua kali lipat karena
produksi susu kambing yang dikandangkan
lebih diperhatikan saat pemberian pakannya walaupun tidak ada beda nyata
dari persentase lemak dan kaseinnya, persentase lemak cenderung akan meningkat
dengan melanjutnya masa laktasi terutama pada kambing kerdil.
Aksi Agraris Kanisius.
(1993), Berpendapat bahwa untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui
dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin
tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya.
Allen
D, Tilman. (1998), Menyatakan bahwa sampel susu
ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan
menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan
sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat.
B. Sarwono. (1996), Menyatakan bahwa kasein yang terdapat
dalam koloidal susu akan menyebabkan warna susu akan keruh, dan kalau terkena
zat asam yang sengaja dibubuhkan pada susu maka akan membuat susu tersebut
masam, dan membuat zat asam terlepas dan kasein protein pada susu tersebut akan
mengendap karena tidak tidak larut dalam susu.
Bambang
soemantoro. (1997), Menyatakan
bahwa dengan dilakukan penyuntikan steroid progesteron yang dapat bekerja
sangat lama pada setiap bulan sehingga dapat meningkatkan kandungan protein
pada ternak kambing dan akan tetapi tidak mengganggu dan mempengaruhi
keadaan protein susu.
Bearkley (1966 ) berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan
lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi
turun atau lebih rendah dari pada standar.
C, Devendra. (1994), Menyatakan bahwa nilai yang rendah pada sampel susu
dikarenakan ternak tersebut kekurangan gizi, sehingga tidak mencukupi kebutuhan
untuk tubuh ternak yang berasal dari bahan kering yang dimakan dan juga
korelasi antara kandungan lemak dan nitrogen.
Hadiwiyoto ( 1982 )
berpendapat bahwa susu mengandung protein rata-rata 3,5%. Protein merupakan
gabungan dua atau lebih asam-asam amino yang penyusun utamanya adalah atom
karbon, atom hydrogen, dan atom nitrogen.
Judkins dan Keener ( 1966 ) berpendapat bahwa pada prinsipnya penentuan kadar lemak susu menurut
Gerber sama saja dengan metoda Babcock.
Botol yang digunakan disebut Butyrometer.
Jadi penentuan kadar lemak susu dengan metoda ini juga menggunakan dasar
penambahan asam sulfat yang akan memisahkan lemak susu.
Ressang dan Nasution ( 1973 ) berpendapat bahwa berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan.
Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh
dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak.
Undang Santoso. (1996), menyatakan bahwa susu kambing mengandung
lemak sekitar 4,2% lemak tersebut terdapat didalam keadaan emulsi yang tersebar
merata dalam susu, dan kalau susu tersebut kita diamkan beberapa lama maka emulsi lemak akan naik ke permukaan susu
dan akan membentuk kepala susu.
Asih ( 2000 )
berpendapat bahwa air susu yang baik atau normal memiliki warna putih agak
kekuning-kuningan.
Sri Mulyaningsih (2005), Menyatakan bahwa susu
yang masih baik keadaan dan tidak rusak memiliki bau yang agak manis serta
khas.
Aksi Agraris Kanisius. (2001), Berpendapat bahwa bila susu sapi itu terasa seperti lobak(padat),maka susu itu sudah
terkena bakteri E.Colli.
Defano (1999), Menyatakan bahwa dengan memiringkan susu dalam tabung
reaksi,maka kita dapat mengetahui tingkat kekentalan(konsistensi)suatu jenis
susu ternak.
Djunaidi (1996), Menyatakan bahwa dalam
tiap pemerahan,diharapkan kepada si pemerah untuk menjaga kebersihan
dirinya.Ini agar tidak ada materi dari si sapi yang terikut dalam susu hasil
perahannya.
Bambang
soemantoro. (2004), Menyatakan bahwa sebelum susu itu dipakai dalam suatu penelitian,ada baiknya susu itu
terlebih dahulu di homogenkan agar proteinnya tidak mengendap.
Bearkley (1998) berpendapat bahwa pH susu normal adalah berkisar antara 6,5-6,75.
Effendi
(1994), Menyatakan bahwa alcohol mempunyai daya dehidrasi yang tinggi,sehingga
protein dapat melekat satu dengan yang lainnya.
Hardjosuwignjo ( 1994 ) berpendapat bahwa susu mengandung protein rata-rata 3,5%. Protein
merupakan gabungan dua atau lebih asam-asam amino yang penyusun utamanya adalah
atom karbon, atom hydrogen, dan atom nitrogen.
Judkins dan Keener ( 1993) berpendapat bahwa butir protein yang stabilitasnya menurun,bila dipanaskan
sampai mendidih akan pecah.
Ressang dan Nasution ( 1991) berpendapat bahwa kandungan lemak suatu susu dapat berkurang,tergantung
dari bagaimana susu itu diolah dan dikemas.
Nur
Rahman (1996), menyatakan bahwa mikroorganisme dalam susu dapat mereduksi zat warna biru metilen
yang ditambahkan kedalam susu.
Sistem pencernaan hewan ruminansia berbeda dengan hewan
Non ruminansia karena pada umum nya hewan
ruminansia mempunyai 4 buah lambung (R.R.Frandson ,1998)
Ternak muda mulai makan makanan padat terutama hijauan ,
bagian lambung reticulo – rumen mulai membesar dengan cepat sehingga berukuran
daya tamping isi makanan mencapai 60 %
sampai 65 % dari seluruh pencernaan ukuran relatif (Tilman , 1998 ).
Sistem pencernaan ternakruminaansia dimulai dari mulut ,
oesophagus ,rumen , reticulum ,omasum ,abomasums , usus halus ,usus besar , dan
berakhir di anus dan system pencernaan pada ruminansia berfungsi untuk mencerna
makanan yang masuk untuk menghasilkan zat-zat yang di perlukan olreh tubuh
(sujadi , 1996)
Di dalam rumen akan terjadi pencernaan mikrobiologis
perubahan kimia bahan makanan yang dilakukan oleh mikroba ( Srigandono ,
1996 ).
Bentuk reticulum menyerupai sarang tawon , reticulum
membantu ruminansia daman bolus diregurgitasikan kedalam mulut . kompartemen bagian dalam nya
diselaputi membrane mukosayang mengandung intersecting ridge . pada reticulum
juga di sebut sebgai perut jala yang berfungsi
filter / penyaring makanan ( Jamila . s. 2001 )
Perut buku di sebut sebagai omasum yang perut nya
memiliki buku –buku yang seperti kitab
karena keunggulan ruminansia ada rumen
yang menyerap dari HCL yang dapat menbunuh mikroba ( Hafes , 1996 )
Sebagian besar pekerjaan pencernaan itu di selesaikan di abomasums yang di sebut
perut sejati . dinding sel abomasums menghasil kan enzim , di dalam abomasums disintesis
asam – asam gastric yang berfungsi membunuh mikroba pathogen dan menetralisir
racun ( Laila , 2004 )
Di dalam usus halus terdapat duodenum yang berfungsi
menerima sekresi dari pancreas berupa cairan pankreatikus ( bagod , 2005 )
Dalam penghitungan mikroba di dalam susu,ada
2 cara yang dapat dilakukan.Yaitu metode tuang dan metode sebar atau
permukaan.(rian,2001)
Pelarut yang digunakan dalam penghitungan
mikroba adalah pepton water 0,1%.(Ashley,2006)
Dalam metode tuang,pengenceran sampel harus
dilakukan secara decimal(edi,2008)
Sampel yang diambil di metode tuang adalah
sebanyak 0,1 ml atau 1 ml yang telah di encerkan.(dewi2008)
Suhu yang terbaik untuk membiakkan bakteri
dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius.(asep,2003)
Dalam metode sebar,sampel yang digunakan
adalah sebanyak 15ml(wendi,2005)
Rumus menghitung
koloni di dalam petridisc adalah koloni per ml=jumlah koloni X 1
Faktor pengenceran
METODA PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum tersebut dilaksanakan pada hari kamis, 29
Oktober 2010-17 Desember 2010 pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai yang
bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Jambi.
Materi Praktikum
Materi atau alat
dan bahan yang digunakan pada pratikum Anatomi Alat Pencernaan ini adalah jeroan kambing, terpal, pisau
kater 2 buah, sarung tangan.
Adapun materi
ataupun alat dan bahan yang digunakan
pada Praktikum Produksi Ternak Perah yang berjudul Pemeriksaan Kesegaran Susu ini terdiri dari
beberapa bagian yaitu sebagai berikut: Uji Sensorik atau Uji Organoleptik, tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, gelas becker, pipet 10 ml, pembakar busen, botol 100ml. Uji Kebersihan
dengan Metode Saring, kertas saring,
corong, tabung erlemeyer. Uji Alkohol,
alkohol 68%, 70%, 75%, dan 96%, tabung reaksi 4 buah. Uji Didih/Uji Masak,
tabung reaksi, pembakar busen. Uji Reduktase dengan Biru Metilen, larutan biru
metilen, tabung reduktase, peenangas air, pipet 1ml dan 25ml.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum Pemeriksaan Komposisi susu tersebut adalah :
Pada
Pengukuran Berat Jenis ini alat dan bahan yang digunakan adalah Laktodesimeter,
Termoter, Gelas Ukur ( 100 ml dan 250 ml ), Labu Erlemeyer ( 250 ml dan 500 ml
), dan Susu Segar 500 ml.
Pada Pengukuran Kadar Bahan Kering ini alat
dan bahan yang digunakan adalah Timbangan Analitik skala 0,1 mg, Oven
temperatur 102o C, Eksikaltor, Cawan Gelas dengan penutup diameter 5
cm.
Pada Pengukuran Kadar Lemak
dengan Metode Gerber ini alat dan bahan yang digunakan adalah H2SO4
pekat (91%-92%), Amil Alkohol, Butyrometer, Pipet Otomat ( 1 ml ± 0,05 ml dan
10 ml ), Pipet khusus susu 10,75 ml, Sentrifus, Penangas Air.
Pada Pengukuran Kadar Protein
dengan Metode Titrasi Formol ini alat dan bahan yang digunakan adalah larutan
NaOH 0,1 N, Kalium Oksalat, Formalin 35%, Phenolpthaline (PP) 2%, Cobalt
Sulfat, Rosanilin Klorida 0,01%, Aquades, Pipet ( 1 ml dan 25 ml ), Labu
Erlemeyer, Gelas Becker 250 ml, dan Buret.
Adapun materi ataupun alat dan bahan yang digunakan pada Praktikum Produksi Ternak Perah yang
berjudul Pemeriksaan Pemalsuan Susu
ini terdiri dari atas : Pembuktian Penambahan Air, laktodensimeter, termometer,
gelas ukur 4 buah, labu erlemeyer 4 buah. Pembuktian Penambahan Pati, larutan
asam acetat, larutan lugol, tabung reaksi, corong, kertas saring, pipet, busen.
Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch, larutan paraphenildiamin,
larutan hydrogen peroksida, tabung reaksi. Pembuktian Penambahan Formalin,
larutan asam klorida, tabung reaksi, penangas air.
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum
Pemeriksaan Mikrobiologi Susu ini adalah pelarut (phosphate buffer,pepton water
0,1%),media plate count agar,botol 150 ml atau tabung reaksi 20-50 ml steril,pipet
steril 1ml;5ml;10ml;11ml,penyedot pipet,cawan petri steril,dan incubator.
Metoda
Adapun dari cara kerja tiap
praktikum ini adalah:
Prosedur dalam pratikum Anatomi Alat Pencernaan adalah
pasang sarung tangan kemudian kita
pisah-pisahkan jeroan dari tempatnya dengan pisau sehingga mudah untuk di amati
diletakkan sesuai dengan proses makanan itu berjalan.
Adapun cara kerja dari
praktikum Pemeriksaan Kesegaran Susu ini adalah :
Pada Uji Sensorik ini dengan
metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut:
a.Uji Warna,amati warna susu
tersebut
· Bila berwarna putih susu berarti susu
tersebut normal (baik).
· Bila berwarna biru berarti susu tersebut
dicampur air.
· Bila berwarna kuning berarti susu tersebut
banyak mengandung karoten.
· Bila berwarna merah berarti pada susu
tersebut terdapat darah.
b.Uji Bau,pertama sampel susu
diambil dengan alat pengambil sampel dan dimasukkan kedalam botol ukuran 100ml
dan diisi sepertiganya.Tutup botol tersebut dengan sumbat yang tidak
berbau.Simpan dalam suhu rendah.Sebelum diuji masukkan botol tersebut dalam
penangas air (35-40 Derajat C).Sambil mengangkat tutup botol,uji bau dapat
dilakukan.Bedakan bau susu sebelum dipanaskan dengan susu yang sudah
dipanaskan.
Pada Uji kekentalan dilakukan
dengan memiringkan tabung reaksi kemudian ditegakkan kembali.Perhatikan susu
yang membasahi dinding tabung.
Pada Uji Rasa,susu diteteskan
ke telapak tangan dan dicicipi.
Pada Uji Kebersihan dengan
metode saring ialah terlebih dahulu homogenkan 500ml sampel susu.Tuangkan
sampel susu secara perlahan-lahan melalui dinding corong.Pada mulut corong
telah terpasang kertas saring.Susu ditampung dalam tabung Erlenmeyer.Setelah
kertas saring dilepaskan,amati kotoran yang tertinggal di kertas saring
tersebut.Kotoran dapat berupa bulu,potongan rambut,feces,pasir,dll.
Pada Uji Alkohol tabung reaksi
masing-masing diisi 3ml air susu.Tabung I ditambahkan 3ml alkohol 68%,tabung II
ditambahkan 3ml alkohol 70%,tabung III ditambahkan 3 ml alkohol 75%,dan tabung
IV ditambahkan 3ml alkohol 96% untuk kontrol.Masing-masing tabung dikocok dan
diamati.
Pada Uji Didih masukkan 5 ml
susu kedalam tabung reaksi dan panaskan sampai mendidih.Penilaian,bila terdapat
butir-butir dan susu tidak homogen berarti susu pecah(susu rusak) dan hasilnya
positif,begitupun sebaliknya.
Pada Uji Reduktase masukkan
1ml larutan biru metilen ke dalam tabung reduktase,tambahkan sampel susu sampai
batas lingkaran.Tutup tabung tersebut dengan sumbat,lalu campurkan sehingga
warna biru merata.Caranya dengan membolak-baliktabung(kira-kira 3
kali).Masukkan tabung kedalam penangas air selama 4-4,5 jam.Penangas air
diletakkan di tempat terlindung dari cahaya.Bila menggunakan inkubator,masukkan
dahulu tabung ke dalam penangas air selama 5 menit untuk menghangatkan,kemudian
dimasukkan kembali ke dalam inkubator.
Adapun dalam praktikum
Pemeriksaan Komposisi Susu metodenya adalah:
Pada Pengukuran Berat Jenis ini
dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama sample susu
dihomogenkan dengan cara memindahkan dari satu erlemeyer ke erlemeyer yang lain
berulang-ulang secara hati-hati. Kemudian sample susu dituangkan kedalam gelas
ukur melalui dindingnya agar tidak berbentuk buih. Laktodensimeter dicelupkan
kedalam sample susu secara berlahan-lahan, biarkan timbul dan tunggu sampai
laktodensimeter berhenti bergerak ( ± 1 menit ). Baca skala yang tertera.
Setelah pembacaan selesai, catat suhu yang tertera di laktodesimeter dan ukur
suhu sample susu dengan thermometer. Ulangi prosedur diatas sebanyak 2-3 kali.
Angka yang diperoleh dirata-ratakan. Kemudian Skala yang dibaca pada
laktodensimeter menujukan decimal 2 dan 3. Decimal ke-4 dikira-kirakan. Susu
sample susu harus diantara 20-30 o C, kemudian disesuaikan dengan
suhu 27,5 o C.
Pada Pengukuran Kadar Bahan
Kering dengan Metode Pengeringan ini dengan metodanya (cara kerjanya) adalah
sebagai berikut: pertama keringkan cawan dan tutupnya dalam oven ( 102o
C ) selama 10 menit. Setelah itu masukkan cawan kedalam eksikator sampai
suhunya sama dengan suhu kamar. Timbang cawan beserta tutupnya (G1). Masukkan 3
ml sample susu kedalam cawan. Timbang kembali cawan yang berisi sample beserta
tutupnya (G2). Masukkan cawan kedalam oven ( 102 – 2o
C ) dan letakkan tutup cawan disamping cawan. Biarkan selama 1 jam, setelah itu
keluarkan dari oven dan masukkan cawan yang telah ditutup kedalam eksikator
(cawan harus ditutup selama berada di dalam eksikator). Setelah cawan dingin
(mencapai suhu kamar) timbanglah cawan beserta tutupnya. Masukkan kembali cawan
kedalam oven, keringkan selama 1 jam. Setelah itu masukkan kembali kedalam
eksikator sampai dingin. Timbang
kembali cawan tersebut (G3.2). Lakukan prosedur tersebut sampai tercapai berat
konstan (G3.1 = G3.2) atau selisih hasil pengukuran sebelum dan sesudahnya
tidak melebih 0,5 mg.. Penambahan berat cawan pada cawan kosong adalah berat
bahan kering sample, kemudian lakukan perhitungan.
Pada Pengukuran Kadar Bahan
Lemak dengan Metode Gerber ini
dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama masukan 10 ml
H2SO4 pekat (dengan pipet otomat 10 ml), kedalam
butyrometer. Melalui dinding butyrometer, masukan 10,75 ml sample susu (dengan
pipet khusus susu) secara berhati-hati dan 1 ml amil alcohol (dengan pipet
otomat). Butyrometer disumbat sampai rapat, kemudian di kocok dengan arah angka
delapan selama 3-5 menit agar bagian-bagian didalamnya tercampur rata. Karena
ada reaksi panas yang ditimbulkan, maka dianjurkan sebelum mengocok butyrometer
sebaiknya dibungkus dengan kain lap. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai
kecoklatan, masukan butyrometer kedalam sentrifus dan pasang sentrifus pada
1200 rpm selama 5 menit. Kemudian masukkan butyrometer kedalam penangas air
dengan suhu 65o C selama 5 menit. Cara meletakkan butyrometer
didalam penangas air adalah bagian yang ada sumbatnya di bawah dan bagian yang
ada skalanya di atas. Setelah itu baca skala yang tertera pada butyrometer
skala tersebut menunjukan persentase kadar lemak. Perhatikan pada waktu membaca
skla, maka batas antara lemak (cairan jernih) dengan campuran (ungu-coklat)
harus tepat di angka O (nol). Hal ini diatur dengan mendorong atau menarik
sumbat butyrometer dengan sangat hati-hati.
Pada Pengukuran Kadar Bahan
Protein dengan MetodeTitrasi Formol ini
dengan metodanya (cara kerjanya) adalah sebagai berikut: pertama masukkan 10 ml
susu kedalam erlemeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquades serta 0,4 ml larutan
Kalium oksalat jenuh ( Kalium oksalat :air = 1:3, perhatikan : Kalium oksalt
beracun) dan 1 ml phenolphtalin 2% diamkan selama 2 menit. Titrasi campuran
tersebut dengan NaOH 0,1 N sampai mencapai warna standar atau warna merah muda.
Warna standar yaitu 10 ml susu + 10 ml aquades + 0,4 ml kalium oksalat jenuh +
1 tetes 0,01% indicator rosanilin klorida. Setelah warna tercapai, tambahkan 2
ml larutan formalin dan titrasi kembali dengan NaOH sampai warna tercapai
kembali. Catatlah titrasi kedua ini. Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari :
20 ml Aquades + 0,4 ml larutan kalium oksalat
jenuh + 1ml indicator phenolphtalin + 2 ml larurtan formalin dan titrasi
dengan larutan NaOH. Titrasi terkoreksi yaitu titrasi kedua dikurangi titrasi
blanko.
Adapun metode yang digunakan pada Praktikum Produksi Ternak Perah yang
berjudul Pemeriksaan Pemalsuan Susu
adalah : Pembuktian Penambahan Air, dengan mengukur
berat jenis
susu.. berat jenis normal susu berkisar antara 1,0280 – 1,0320. dengan
penambahan air atau whey maka berat jenis akan turun. Pembuktian
Penambahan Pati, sample susu dimasukkan kedalam tabung
reaksi sebanyak 10 ml kemudian tambahkan 0,5 ml asam acetate. Tabung dipanaskan
dan susunya disaring, kedalam filtrate teteskan 4 teteskan lugol. Apabila
positif mengandung pati, maka warna filtrate menjadi biru, bila berwarna kuning
artinya negative, apabila berwarna hijau, reaksinya diragukan. Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch, sample susu dimasukkan kedalm tabung reaksi sebanyak 5 ml dan
tambahkan 2 tetes larutan praphenildiamin 2%. Tambahkan 1-4 tetes larutan
hydrogen peroksida. Susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah
warnanya menjadi biru. Susu yang dipanaskan pada suhu 77 – 80 C tetap berwarna
putih. Pembuktian Penambahan Formalin, sample susu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml dan
tambahkan 10 ml larutan asam klorida yang mengandung besi. Kemudian panaskan
dan biarkan 1 menit dalam suhu mendidih. Bila mengandung formalin, maka akan
tampak warna ungu.
Adapun dalam metoda Pemeriksaan Mikrobiologi Susu yaitu
dengan metode tuang yaitu: beri label pada botol atau tabung reaksi yang berisi
larutan pengencer dan cawan petri.Lakukan pengenceran sampel secara decimal
(menjadi pengencer 1:10,1:100,1:1000,dan seterusnya).Ambil sampel 0,1 atau 1 ml
yang telah diencerkan dan masukkan ke dalam cawan petri.Tuangkan media agar
cair(suhu 44-45derajat Celcius)sebanyak 12-15 ml untuk setiap cawan
petri(penuangan ini tidak boleh lebih dari 15 menit).Selama penungan media
tutup cawan tidak boleh dibuka terlalu lebar.Segera setelah penuangan media
agar cair,goyangkan cawan membentuk angka 8 diatas meja untuk menyebarkan sel
mikroba.Biarkan sampai media agar memadat.Setelah agar memadat,masukkan cawan
petri kedalam incubator dengan posisi terbalik selama 24-36 jam pada suhu
30-32derajat Celcius.Untuk metode sebar tuangkan 15 ml agar cair kedalam cawan
petri dan biarkan memadat.Pipet sampel yang sudah diencerkan 0,1 ml dan
dituangkan di atas agar yang sudah memadat.Sebarkan larutan sampel ke seluruh
permukaan agar dengan menggunakan ose bengkok.Biarkan sampel mongering selama
15 menit,kemudian cawan petri dibalik dan di inkubasi selama 24-48 jam pada
suhu 30-32derajat Celcius.Lakukan penghitungan koloni yang terdapat dalam agar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahwa sistim pencernaan pada ruminansia mulai dari mulut
, oesopagus rumen reticulum omasum abomasums usus halus (dua denum,jejunum
ilium ) lalu ke usus besar (sekum colon rectum ) dan keluar melalu anus . Lambung
ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum
dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian
ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
a. Mulut
Organ pertama tempat
masuk makanan ke dalam tubuh, dalam mulut terdapat gigi (kecuali unggas tidak
bergigi), lidah dan saliva. Pada herbivore gigi sebagai penggilas makanan,
lidah sebagai tangan untuk mengambil makanan dan saliva untuk membasahi
makanan. Pada ruminansia peran saliva sangat penting.
b. Esophagus
Esophagus merupakan
saluran yang menghubungkan pharynx (kerongkongan) dengan perut. Pada unggas
esopgagus di bawah parynx membesar, disebut crop (tembolok) tempat penyimpanan
makanan sementara, kemudian membesar lagi sebagai perut (proventriculus).
c.
Rumen
Pada reticulum sering
disebut dengan perut jala yang berfungsi untuk
mengambil atau sebagai tempat yang kasar-kasar dan juga dapat diartikan
sebagai proses pencernaan secara fermentative (proses regutasi).
Rumen dalah untuk penyimpanaan makannan dan di dalam
rumen ini juga terjadi pengunyahan kembali
.Ternak muda mulai makan makanan padat terutama hijauan , bagian lambung
reticulo – rumen mulai membesar dengan cepat sehingga berukuran daya tamping
isi makanan mencapai 60 % sampai 65 %
dari seluruh pencernaan ukuran relatif (Tilman , 1998 ). Di dalam rumen akan
terjadi pencernaan mikrobiologis perubahan kimia bahan makanan yang dilakukan
oleh mikroba
Pada rumen ini berbentuk
seperti handuk. Pencernaan fermentatif dilakukan atas bantuan mikroba. Pada
proses pencernaan fermentatif zat makanan dirombak menjadi senyawa lain yang berbeda
sifat kimianya sebagai zat intermediate. Mikroba yang terlibat dalam proses pencernaan
ini memiliki sifat selulolitik dan proteolitik. Pada ruminansia pencernaan
fermenetatif terjadi di dalam rumen dan retikulum, sedangkan pada hewan
herbivora lainnya terjadi pada colon, atau secum.
d.
Retikulum
Retikulum ( lambung Jala ) Berfungsi untuk
menyaring pakan atau makanan yang masuk.
Bentuk reticulum menyerupai sarang tawon , reticulum membantu ruminansia daman
bolus diregurgitasikan kedalam mulut .
kompartemen bagian dalam nya diselaputi membrane mukosayang mengandung
intersecting ridge . pada reticulum juga di sebut sebgai perut jala yang berfungsi filter / penyaring
makanan ( Jamila . s. 2001 ).
e. Omasum.
Pada omasum sering disebut
dengan perut kitab yang berfungsi sebagai penyerapan sari-sari makanan
(pembuangan sisa makanan) yang diedarkan keseluruh tubuh.
Omasum ( Lambung kitab ) makanan atau pakan di dalam omasum lebih padat atau kering di sini
sudah mulai terjadi penyerapan. Perut buku di sebut sebagai omasum yang
perut nya memiliki buku –buku yang
seperti kitab karena keunggulan
ruminansia ada rumen yang menyerap dari HCL yang dapat menbunuh mikroba
( Hafes , 1996 ). Pada omasum menghubungkan reticulo – rumen dan abomasums
berukuran kecil kira-kira berkapsitas 6% sampai 8 % dan di dalam omasum terjadi
penyerapan air dan mineral ,kandungan air
di dalam omasum sekitar 15 % .
f.
Abomasum
Pada abomasum makanan dalam keadaan cair hal ini di sebabkan oleh enzim yang
terdapat pada tubuh ternak tersebut terutama pada abomasums itu sendiri Sebagian
besar pekerjaan pencernaan itu di
selesaikan di abomasums yang di sebut perut sejati . dinding sel abomasums
menghasil kan
enzim , di dalam abomasums disintesis asam – asam gastric yang berfungsi
membunuh mikroba pathogen dan menetralisir racun ( Laila , 2004 ). Di dalam
abomasum mikroba tidak dapat tiumbuh di sebab kan asam yang terlalu tinggi karena mikroba
tidak tahan dengan asam tinggi missal nya protein.
g. Usus Halus
Pada usus halus ini terjadi proses penyerapan zat-zat
yang berguna bagi tubuh ternak Di dalam
usus halus terdapat duodenum yang berfungsi menerima sekresi dari pancreas
berupa cairan pankreatikus ( bagod , 2005 ). Di dalam usus terjadi absorc
absorpsi di di serap di usus halus dan tinggal di gunakan oleh tubuh.
Usus adalah tempat pencernaan zat makanan yang paling sempurna dan
efisien. Usus sama dengan tempat mensekresikan 4 macam zat yaitu :
- Getah usus (doudenal juice)
1.
Bersifat alkalis
2.
Keluar melalui ductus (saluran)
diantara vili
3.
Sebagai pelumas dan melindungi
dinding doudenum dari hel
4.
Yang masuk dari lambung
- Getah pankreas
- Empedu
·
Succus entericus
Pada usus halus terdapat
bebrapa bagian yaitu duodenum, yeyeum, dan ileum. Sedangkan pada usus besar
terbagi 3 bagian yaitu sekum, rtektum dan colon.
h. Usus besar (colon)
Usus besar merupakan bagian terpenting bagi
herbivore non ruminansia (hindgut fermentors), karena proses pencernaan
fermentatif terjadi pada bagian ini. Bagi ternak ruminansia usus besar lebih
banyak berfungsi dalam penyerapan air.
Cecum
Secum atau usu buntu merupakan terletak antara
usus halus dengan usus besar, pada unggas terdapat dua buah caecum disebut
caeca, pada hewan lainnya hanya satu (caecum).
Rektum
Rektum merupakan bagian ujung alat pencernaan
sebelum anus. Pada unggas disebut cloaca karena menyatu dengan organ
reproduksi.
Pada praktikum Pemeriksaan Kesegaran Susu:
Uji Sensorik
Pada Uji warna,masukkan 5-10ml sampel susu kedalam
tabung reaksi.Lalu didapat hasil warna putih susu agak kekuningan.Hal ini
senada dengan Asih (2000).
Uji Bau
Pada Uji Bau,didapat hasil bau susu yang dipakai
dalam uji ini adalah normal.Ini dikarenakan susu itu masih segar dan belum
mendapat campuran bahan-bahan kimia seperti pengawet dan pewarna,seperti yang
dikatakan oleh Sri Mulyaningsih (2005).
Uji Kekentalan
Pada uji kekentalan,menurut
Defano(1999),dengan memiringkantabung reaksi kemudian ditegakkan kembali kita
dapat mengetahui tingkat kekentalan susu suatu jenis ternak.Dan hal ini pun
kami lakukan.Dan kami mendapati susu yang kami uji adalah encer.Ini mungkin
karena sudah ada pencampuran air atau pengurangan lemak susu tersebut.
Uji Rasa
Pada uji rasa,kami
meneteskan susu ke telapak tangan dan dicicipi.Kami merasakan susu tersebut
agak manis.Ini sependapat dengan pernyataan Aksi
Agraris Kanisius. (2001).
Uji Kebersihan
Pada uji kebersihan,kami ingin melihat kotoran yang terdapat di
dalam susu,yang tidak terlihat oleh mata.Susu yang dipakai ialah susu yang
sudah dihomogenkan terlebih dahulu.Lalu dituang secara perlahan ke dalam corong
yang sudah ada kertas saringnya.Setelah itu liat kotoran yang ada di dalam
kertas saring tersebut.Dan kami mendapati ada bulu-bulu halus,kotoran tidak
terlalu banyak dan kami menyimpulkan penyaringan terssebut cukup baik.
Uji Didih
Pada uji didih susu terlebih dahulu dimasukkan kedalam tabung reaksi
sebanyak 5 ml dan dipanaskan sampai mendidih.Setelah itu dilihat,apakah susunya
terlihat pecah atau tidak.
Menurut
Judkins dan Keener ( 1993),bila susu itu
tidak pecah atau butir-butir proteinnya rusak,maka susu itu dapat dikatakan
baik.Dan kami mendapati susu yg kami uji adalah susu yang masih homogen atau
baik.
Uji Alkohol
Pada Uji alkohol,karena alkohol
mempunyai daya dehidrasi yang akan menarik gugusan ion H dari ikatan mantel air
protein,sehingga protein dapat melekat satu dengan yang lainnya,saperti yang
diutarakan oleh Effendi(1994).Dan hasil uji kami adalah tabung I negatif,tabung
II positif,tabung III negatif dan tabung IV positif.
Uji Reduktase
Enzim Reduktase yang dihasilkan mikroorganisme dalam susu akan mereduksi
zat biru metilen yang dimasukkan ke dalam susu sampai tidak berwarna.Seperti
yang dikemukakan oleh Nur Rahman (1996).Dan kami mendapati hasil pertama 20menit-2
jam yaitu kelas III dan yang kedua >2jam-4,5 jam yaitu kelas II.
Tabel Lama Waktu Reduksi terhadap Kualitas
Susu
WAKTU REDUKSI
|
KUALITAS SUSU
|
<20 menit
|
Jelek
|
20 menit-2 jam
|
Kelas 3
|
>2 jam-4,5 jam
|
Kelas 2
|
>4,5 jam
|
Kelas 1
(baik)
|
Pada Praktikum Pemeriksaan Komposisi Air Susu :
Pengukuran Berat Jenis (BJ)
Hasilnya adalah setelah susu
tersebut dihomogenkan dengan memindahkan susu dari erlemeyer yang satu ke
erlemeyer yang lain kemudian dituangkan pada kedalam gelas ukur secara hati-hati
agar tidak timbul buih lalu dicelupkan laktodensimeter secara perlahan-lahan
dan setelah itu catat suhu yang tedapat pada laktodensimeter dan diukur dengan
thermometer maka didapat hasil yaitu suhu air susu 27°Celcius.Dan setelah
dihitung kami mendapati rata-rata BJ susu adalah 1,022.
Tabel Berat Jenis dan Volume Air pada Beberapa
Suhu
Suhu(°C)
|
Berat Jenis
|
Volume
|
Suhu(°C)
|
Berat Jenis
|
Volume
|
4
|
1,000000
|
1,0000
|
-
|
-
|
-
|
15
|
0,999126
|
1,0009
|
25
|
0,997069
|
1,0029
|
17,5
|
0,998710
|
1,0013
|
26
|
0,996808
|
1,0032
|
20
|
0,998229
|
1,0018
|
27
|
0,996558
|
1,0035
|
21
|
0,998017
|
1,0020
|
27,5
|
0,996400
|
1,0036
|
22
|
0,997795
|
1,0022
|
28
|
0,996458
|
1,0038
|
23
|
0,997663
|
1,0024
|
29
|
0,995969
|
1,0043
|
24
|
0,997321
|
1,0027
|
30
|
0,995672
|
1,0043
|
Dan untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui
dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin
tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan
pendapat dari Aksi Agraris Kanisius (1993).
Pengukuran Kadar Protein
Pada kadar protein dengan proses netralisasi dan penambahan
asam oksalat jenuh, penambahan formalin akan membentuk gugusan dimetinol dan
akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat, hasilnya setelah dilakukan titrasi
campuran dengan NaOH 0,1 N sampai warna standar yaitu menjadi warna
putih, warna standar 10 ml susu ditambah 10 ml aquades rosanilin klorida, mulai
4,5-4,9 NaOH yang digunakan 0,4 untuk warna standar 6,5-7,11 NaOH
yang digunakan sebesar 1,2, setelah warna tercapai ditambahkan formalin dan
titrasi kembali dengan NaOH sampai warna tercapai lagi. Titrasi
lianko dengan larutan formalin menghasilkan 0,3 ml. mentega adalah produk
makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak / krim susu dengan tanpa
penambahan garam (SNI, 1995). Sesuai dengan pernyataan dari Allen D, Tilman (1998). Dan juga untuk
menyatakan bahwa nilai yang rendah pada samppel susu dikarenakan ternak
tersebut kekurangan gizi, sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk tubuh ternak
yang berasal dari bahan kering yang dimakan dan juga korelasi antara kandungan
lemak dan nitrogen hal ini sesuai dengan pernyataan dari C, Devendra (1994).Dan
kami mendapati hasil adalah kadar N =0,0154088;kadar Protein =2,013;dan kadar
kasein =1,793
Bahwa dengan dilakukan penyuntikan
steroid progesteron yang dapat bekerja sangat lama pada setiap bulan sehingga
dapat meningkatkan kandungan protein pada ternak kambing dan akan tetapi tidak
mengganggu dan mempengaruhi keadaan
protein susuhal ini sesuai dengan pendapat Bambang soemantoro (1997). Dan ditambah bahwa
kasein yang terdapat dalam koloidal susu akan menyebabkan warna susu akan
keruh, dan kalau terkena zat asam yang sengaja dibubuhkan pada susu maka akan
membuat susu tersebut masam, dan membuat zat asam terlepas dan kasein protein
pada susu tersebut akan mengendap karena tidak tidak larut dalam susu hal
inisesuai dengan pendapat dari B. Sarwono (1996).
Pengukuran Kadar Bahan Kering
Pada Pengukuran Kadar Bahan
Kering ini, maka hasil data yang didapat adalah sebagai berikut : Dengan
metoda pengeringan sejumlah sample susu dikeringkan pada suhu tetap
sample berat jenis kering yang konstan tercapai, berat setelah pengeringan
adalah berat bahan kering. Setelah kedua cawan dan tutupnya dikeringkan dalam
oven (1020 C) selama 10 menit kemudian dimasukkan kedalam eksikator
sampai mencapai suhu kamar lalu kedua cawan beserta tutupnya ditimbang
menghasilkan berat yang besar 11,5421gr (G1) gr dan yang kecil 11,5753 gr(G1) gr. Kedalam cawan dimasukkan 3 ml sample susu lalu ditimbang dan
hasilnya adalah yang besar 14,4963 gr (G2) dan yang kecil 14,4860 gr(G2).
cawan tersebut dimasukkan kedalam eksikator supaya dingin. Setelah cawan dingin
kemudian ditimbang hasilnya adalah yang besar 11,8889 gr (G3) dan yang kecil 11,9142 gr(G3) gr.Hasilnya adalah cawan penguap G1=14,652
gr;cawan penguap G2== 17,827 gr;dan
cawan penguap G3=15,004 gr.Kadar bahan keringnya adalah 11,1%.
Pengukuran kadar bahan kering : Dengan metoda pengeringan sejumlah sample susu
dikeringkan pada suhu tetap sample berat jenis kering yang konstan tercapai,
berat setelah pengeringan adalah berat bahan kering. Setelah kedua cawan dan
tutupnya dikeringkan dalam oven (1020C) selama 10 menit kemudian
dimasukkan kedalam eksikator sampai mencapai suhu kamar lalu kedua cawan
beserta tutupnya ditimbang menghasilkan berat yang besar 14,8061 gr dan yang
kecil 10,28 gr. Kedalam cawan dimasukkan 3 ml sample susu lalu ditimbang dan
hasilnya adalah yang besar 17,7371 gr dan yang kecil 13,0851. cawan tersebut
dimasukkan kedalam eksikator supaya dingin. Setelah cawan dingin kemudian
ditimbang hasilnya adalah yang besar 17,3039 gr dan yang kecil 12,7561 gr.Dan
hasilnya adalah untuk cawan besar BK =85,404%;dan
cawan besar BK=88,27 %
Pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber : asam sulfat
pekat melarutkan dan merombak casein dan protein susu sehingga lenyap dan membentuk
dispensi lemak. Lemak yang mencair melalui proses sentrifugasi akan terpisah
didalam butyrometer dan pemisahan akan dipermudah. Hasilnya setelah H2SO4
dimasukkan kedalam butyrometer dan dicampurdengan susu serta amil alcohol
sebanyak ini, setelah dikocok dengan arah angka 8 selama 3 menit warnanya
berubah menjadi ungu tua sampai kecoklatan. Setelah itu damsukkan lagi kedalam
sentrifus dan menghasilkan skala yang tertera pada butyrometer dan skala
tersebut menunjukan persentase kadar lemak, namun nyatanya tidak terbaca dengan
baik atau gagal.
Adapun hasil yang diperoleh
berdasarkan praktikum Pemalsuan Air Susu adalah sebagai berikut :
Pembuktian Penambahan Air
BJ Gelas ukur I : 1, 030
BJ Gelas ukur II : 1, 029
BJ Gelas ukur III : 1, 025
BJ Gelas ukur IV : 1, 021
Dari hasil tersebut maka
pembuktian penambahan air terdapat
pada gelas ukur IV, dengan berat
jenis terendah yaitu, 1, 021.
Pemalsuan dengan air : Menilai berdasarkan BJ ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada pemalsuan susu dengan penambahan air atau tidak.
Jika terjadi pemalsuan dengan air, penambahan air yang jumlah sedikit pada susu
mungkin tidak menimbulkan perbedaan yang mencolok pada susu, akan tetapi pada
penambahan air dalam jumlah banyak pada susu akan menyebabkan susu menjadi encer
dan berwarna agak kebiru-biruan. Kalau sedikit air
ditambahkan, aspek air susu tidak berubah. Kalau air ditambah dalam jumlah
banyak, maka susu akan encer dan kebiru-biruan. Umumnya pemalsuan mengakibatkan
: Titik beku naik, pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu
adalah –0.5000 C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi
–0.5200 C.
Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu
dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji
penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan memperlihatkan
titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih
air adalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami
perubahan pada pemalsuan air susu dengan air. Angka refraksi turun, Berat jenis, kadar lemak
dan kadar bahan kering turun, % lemak bahan kering tetap, Kadang-kadang dapat
dinyatakan adanya nitrat
Pembuktian Penambahan Pati
Adapun hasil yang diperoleh
berdasarkan praktikum pembuktian penambahan pati adalah sebagai berikut :
Tabung reaksi I : berwarna kuning
Tabung reaksi II :
berwarna kuning
Tabung reaksi III :
berwarna biru
Berdasarkan hasil dari masing-masing tabung reaksi
tersebut maka gelas ukur yang mengalami
penambahan pati adalah gelas ukur III yang diuji sampel pada tabung reaksi III.
Pati merupakan kabohidrat apabila
bereaksi dengan lemak logol maka akan membentuk warna biru Butiran pati jika
dibandingkan dengan butiran lemak susu maka butiran pati berbentuk lebih padat
dan teratur sedangkan butiran lemak lebih lembut ( tidak padat ) dan ukuran
butiran lemak lebih kecil dari butiran pati
Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch
Adapun hasil yang
diperoleh berdasarkan praktikum
pembuktian penambahan susu masak
adalah sebagai berikut :
Gelas I : berwarna putih
Gelas II : berwarna biru
Berdasarkan praktikum diatas diperoleh hasil bahwa
gelas II yang berwarna biru yang berarti susu mentah
dan susu yang belum mengalami pemanasan karena perubahan warnanya menjadi biru.
Pembuktian Penambahan Formalin
Adapun hasil yang diperoleh
berdasarkan praktikum pembuktian penambahan susu masak adalah sebagai berikut : Tabung
reaksi I menghasilkan warna ungu, hal ini membuktikan tabung reaksi yang merupakan
sampel yang diambil dari gelas ukur I mengalami penambahan formalin yang
dibuktikan dengan dihasilkannya warna ungu.
Dengan penambahan formalin, maka kesegaran susu akan
lebih tahan lama dibandingkan dengan susu yang tidak dicampurkan formalin.
\
Pemeriksaan Mikrobiologi Susu
Adapun
hasil yang diperoleh dari pemeriksaan Mikrobiologi Susu dengan pengenceran 1:10
pada Penghitungan di Agar Nutrient 1,2x1012 dan pada Penghitungan di
MRC adalah 2,5 x 1012.Banyaknya Mikroba yang hidup di dalam agar itu
disebabkan tercukupinya nutrient dari agar itu sendiri. Suhu yang terbaik untuk
membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius.(asep,2003)
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini maka
diharapkan Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan susu yang terbaik dan
termudah serta mengerti susu yang berkualitas atau tidak.Warna susu putih
kekuningan disebabkan oleh adanya kalsium &kekuningan disebabkan karena
banyak mengandung Karoten.Cara yang paling mudah untuk menentukan susu itu baik
atau tidak yaitu dengan mengukur Berat Jenisnya dan dengan diuji alkohol.
Saran
Setelah melaksanakan praktikum
ini penulis menyarankan agar praktikum selanjutnya lebih baik lagi dari pada
praktikum sebelumnya, mahasiswa dapat menjaga kedisplinan dan menciptakan kerja sama yang baik, lebih
hati-hati menggunakan alat-alat laboratorium. Sehingga proses pelaksanaan praktikum dapat
berjalan dengan lancar dan baik serta memperoleh hasil yang sesuai dengan apa
yang di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arbianto, purwo (2002). Konsep- konsep Sistem Pencernaan.
Gramedia. Medan.
Bowden 2001. AnIntroduction to Practical Animal Breeding.Granada Publishing London ,Toroto,Sydney ,
New York .
Basya 2000,. The
Structure and Action of Digestive sistem. Gajah Mada Universitas Press.Jakarta.
Ensminger 2001,.Dairy
Cattle and Milk Production.The Macmillan
Company.
Hudson 2001,Ensiklopedia
Biology, Ghalia Putra Indonesia .
Jakarta .
Neumann.2002,.Theori
of Biology (Fifth Edition). Prentice-Hall International Inc.,Englewood Cliffts.
Negoro Koesmartono, dkk.2000, Anatomi Pencernaan Umum jilid 1 dan 2. Terate.Bandung.
Rawuh R, dkk..2001,.On Breeding and Improvement
of Farm Animal.Mc Grow-Hill Book Company Inc.New York.Toronto.
Sudono dkk .2001.Anatomi Pencernaan Ruminansia Kecil.
Erlangga.Jakarta.
Surya, 2002. Terbak Perah. Erlangga. Yogyakarta
Syahrial .2002.. Mekanisme Sistem Pencernaan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Aksi Agraris
Kanisius. (1993). Penuntun Beternak Sapi
Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Devendra, C.
(1994). Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Penerbit ITB Bandung, Bandung.
Santoso, U.
(1996). Pemeliharaan Ternak Sapi.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Murtidjo, Agus. (1995). Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B.
(1996). Beternak Kambing Unggul.
Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Soemantoro, B. (1997). Kimia Dasar untuk SMA jilid IV.
Erlangga, Jakarta.
Tilman, D, A. (1998).Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar