Jumat, 12 April 2013

Laporan Semester Praktikum Pengelolaan Padang Penggembalaan


I. PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang

Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan dan yang termasuk kedalam kelompok makanan hijauan untuk ternak ini dapat berupa hijauan segar berupa rumput dan kacang-kacangan atau leguminosa. Untuk itu dalam praktikum ini dilakukan cara-cara untuk mengetahui kualitas dari hijauan pakan ternak untuk rumput yang digembalakan
Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan legume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Hijauan makanan ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya  sumbangan hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100%.
Salah satu hal yang dilakukan untuk peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat  juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi yang begitu pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk dijadikan sebagai tempat penggembalaan ternak.
 Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta  disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak
Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominant famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legume, dan herba lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang penggembalaan daerah tropic biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah pada musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan pada  praktikum pengelolaan padang penggembalaan ini adalah dapat mengetahui cara pengukuran komposisi botani dari suatu areal pengembalaan, pengukuran kapasitas tampung suatu lahan terhadap satuan ternak,  mengukur kemampuan klas pastural serta mengetahui pola intergrasi ternak terhadap hijauan makanan ternak kedalam pola pertanian dan perkebunan.
Praktikum ini juga bermanfaat agar praktikan dapat mengetahui cara mengukur kelayakan suatu padang pengembalaan sehingga pada nantinya dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


  


II. TINJAUAN PUSTAKA


            Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi. Panjang hari tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi juga menentukan waktu pembungaan pada banyak tanaman.
( Ahmad, R, 1997 )
Hijauan makanan ternak merupakan makanan pokok bagi hewan memamah biak salah satunya adalah ternak sapi. Karena hijauan ini digunakan sebagai makanan pokok sudah tentu berpengaruh besar  terhadap produksi  serta perkembangan ternak.
( Basiran, M.G, 1995 )
penyebaran ternak tidak hanya untuk menambah populasi tetapi merupakan upaya penyebaran atau pemerataan pemilikan ternak kepad petani kecil, penyebaran pemilikkan diharapkan dapat memanfaatkan sumber pakan yang tersebar dan tenaga kerja sisa yang ada pada keluarga petani di pedesaan, khususnya untuk ternak ruminasia, penyebaran ini sekaligus untuk mendorong pemanfaatan tenaga kerja dan kotoran ternak dalam usaha tani.
( Ilyas, 1992 )
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
( Jannatun, H, 1995 )
Keadaan air tanah dibedakan menjadi keadaan kapasitas menahan air maksimum, seluruh pori baik pori mikro maupun makro terisi penuh air dan keadaan kapasitas lapang.
( Kartadistara, 2000 )
Potensi lahan untuk setiap daerah berbeda dan mempunyai faktor pembatas yang berbeda pula, diantaranya keadaan topografi, iklim, sumber air dan jenis tanaman yang dikembangkan, keadaan ini angat menetukkan pemilihan daerah pengembangan ternak ruminansia.
( Mulyadi, 1981 )
komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil optimum padang penggembalaan dapt dicapi apabilah komponen kacang-kacangan berkisar antara 30-40% bahan kering
( Kismono,1979 )
Kapasitas tampung mempunyai hubungan ynag erat denga produksi ternak yang dihasilkan
( Humpreys, 1978 )
Produksi rumput yang tumbuh ditanah sawah, kebun, hutan dan pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton BK/tahun sedangkan pengunaan sekitar 1,5 ton BK/tahun.
( Nitis, 1979 )
Kapasitas tampung ternak ruminansia disuatu wilayah menunjukkan populasi maksimum suatu jenis ternak ruminansia yang ada diwilayah tersebut selanjutnya kapasitas tampung ternak dihitung atas dasar ketersediaan dan produktivitas lahan
(Direktorat jenderal peternakan, 1993).
Kapasitas tampung disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh iklim, produktivitas tanah, dan pola pertanian yang dilakukan didaerah tersebut.
( Susetyo, 1980 )
Komponen iklim yang terpenting untuk daerah tropik adalah curah hujan, tinggi rendahnya curah hujan disuatu daerah berpengaruh langsung terhadap tingkat kesuburan dan pertumbuhan tanaman, bila pertumbuhan tanaman terganggu maka produksinya terganggu pula
( Syarief, 1980 )
            Kompetisi adalah salah satu corak hubungan antara keadaan lingkungan di sekitarnya yang berinteraksi dan selanjutnya keadaan lingkungan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan yang lain.
( Tjitrosoedirjo, 1983 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi adalah spesies tanaman, kepadatan/kerapatan tanam, persaingan cahaya, persaingan air dan persaingan nutrisi
( Moenandir, 1988 )
            Kebanyakan cultivar tanaman, panjang siang hari atau panjang malam hari penting untuk terjadinya bunga dan adanya reaksi kekuatan untuk berbunga. Stylo merupakan legum yang tidak tolerant terhadap naungan.
( Reksohadiprodjo, 1981 )
Pengurangan sampai legum hanya mengalami 0.74 % dari panjang siang  hari menurunkan pertumbuhan tunas sebanyak 47 %, sedangkan naungan sampai menyebabkan peguragan panjang siang hari sampai hanya 0,38 % akan menyebabkan kematian sebanyak 33%.
( Sillar, 1967 )


III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan Praktikum Pengelolaan Padang Pengembalaan ini yaitu dilaksanakan pada hari Minggu, 2 Juni 2012 pukul 09.00 s/d selesai yang bertempat di Lahan Universitas Jambi.  

3.2 Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu kuadran, kantong koran, gunting, air, ember, amnilevel, stopwatch, meteran, rumput, leguminosa dan gulma.

3.3 Metode
Adapun  cara kerja pada praktikum pengukuran kapasitas tampung yaitu  menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan, menentukan lokasi padang penggembalaan, kemudian pembagian kelompok dalam anggota, pengukuran dimulai dengan cara menentukan titik pertama pelaksanaan, setelah titik pertama (cuplikan 1), lemparkan kuadran secara acak, catat hijauan yang dominan yang terdapat dalam kuadran, potong hijauan yang ada dalam kuadran tersebut sedekat mungkin dengan tanah, kemudian masukkan hijauan tersebut ke dalam kantong plastik dan timbang berat segarnya sehingga diperoleh produksi hijauan segar, selanjutnya dari titik pertama tersebut lakukan pergeseran kearah kanan atau kiri tergantung kesepakatan sejauh 10 langkah, lalu maju kearah muka kemudian lemparkan kuadran secara acak (cuplikan 2) dan lakukan hal yang sama seperti cuplikan 1, lakukan hal yang sama sebanyak 10 kali cuplikan, setiap cuplikan ganjil hijauan harus di timbang dan dibuang tetapi setiap cuplikan genap hijauan harus di bawa untuk analisis kering dilaboratorium.
Cara kerja komposisi botani yaitu hijauan cuplikan hasil pengukuran kapasitas tampung kemudian dipisah-pisahkan unit mengistimasi dominasi bahan kering spesies yang menduduki rangking pertama, kedua, dan ketiga atau berdasarkan spesies yang paling dominan sampai paling sedikit. Selanjutnya data hasil estimasi dikalikan dengan ratio konstan: rangking pertama dikalikan dengan 8,40, kedua 2,41 dan ketiga 1,00.
Cara kerja pada kelas kemampuan pastura yaitu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan kemudian menentukan lokasi pastural, setelah itu buat lobang pada kedalaman sekitar 80 cm untuk pengukuran dan pendugaan tekstur tanah tersebut, untuk melihat permeabilitas masukkan air ke dalam lobang tersebut dan catat ketinggian air tertinggi kemudian gunakan stopwatch untuk menghitung kecepatan air menyerap kedalaman tanah dan catat waktunya. Untuk mengukur topografi menggunakan alat amnilevel, dengan menempatkan satu titik pada daerah yang akan diukur dan arahkan amnilevel ke arah titik tersebut kemudian catat kemiringannya.  




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung komposisi botani yang ada di suatu pastura. Namun hal ini tentu akan menjadi masalah dalam menentukan akurasi jenis botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi botani yang ada secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan metode analisis komposisi botani hijauan makanan ternak yang cepat dan tepat.
Beberapa metoda analisis komposisi botani yang dikenal diantaranya  metoda langsung yaitu pemisahan dengan menggunakan tangan dan penimbangan hijauan makanan ternak yang ternak yang telah dipotong. Metode ini paling teliti jika digunakan jumlah sampel yang cukup banyak, tetapi memerlukan waktu yang lama dengan fasilitas pengeringan yang memadai. Metoda pendugaan, diantaranya estimasi persentase berat pada hijauan makanan ternak yang telah dipotong, estimasi persentase berat “in situ” di kebun/lapangan, estimasi unit berat dari tiap-tiap spesies di kebun/lapangan.
Metode-metode tersebut lebih cepat tetapi kurang teliti karena faktor-faktor subyektif. Dalam perkembangannya, diperkenalkan metode “rank” atau perbandingan yang memberikan persentase relatif tentang kedudukan masing-masing spesies (relative importance percentage). Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botani pada rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan.

 Pada praktikum pengelolaan padang penggembalaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
            Komposisi Botani
Kuadran
Rumput ( gr )
Legum ( gr )
Gulma ( gr )
1
55
50
10
2
10
7
9
3
50
45
10
4
120
55
10
5
100
90
-
6
95
50
10
7
50
-
-
8
10
-
0,5
9
40
10
-
10
55
45
-
Jumlah
585
352
49,5
Rata-rata
58,5
35,2
4,95
Tabel 1: Tabel Komposisi Botani















Rank

Kuadran
1
2
3
1
Rumput
Legum
Gulma
2
Rumput
Gulma
Legum
3
Rumput
Legum
Gulma
4
Rumput
Legum
Gulma
5
Rumput
Legum
-
6
Rumput
Legum
Gulma
7
Rumput
-
-
8
Rumput
Gulma
-
9
Rumput
Legum
-
10
Rumput
Legum
-
Tabel 2: Tabel Rank Komposisi Botani

Komponen
Rangking

I
II
III
Rumput
10
-
-
Legum
-
7
1
Gulma
-
2
4
Tabel 3:Tabel Komposisi Jumlah Tiap Rank Tiap Komponen

Persentase Bahan Kering
Rumput           =          ( 10 x 8.04 ) = 80.4
Legum             =          ( 7 x 2.41 )+(1x1.00) = 16.87+1=17.87
Gulma             =          ( 2 x 2.41 ) + ( 4 x 1.00 ) = 4.82+4=8.82
Kapasitas tampung adalah kemampuan suatu pastura menampung ternak tanpa menyebabkan kerusakan pada padang rumput dan ternak. Kapasitas tampung pastura berbeda-beda karena adanya perbedaan dalam produksi tanah, curah hujan dan penyebarannya, topografi dan lain-lain. Oleh karena itu setiap pastura sebaiknya diisi dengan ternak sesuai dengan kemampuannya.
Taksiran kapasitas tampung pastura dapat didasarkan pada jumlah hijauan yang tersedia. Analisis ini memerlukan pengambilan sejumlah cuplikan (sampel) karena melakukan pengamatan secara langsung pada setiap bagian pastura akan menyebabkan inefisiensi. Penentuan letak petak-petak cuplikan dapat dilakukan dengan metode : Pengacakan, Stratifikasi dan Sistematik. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitter dan Hay (1992) menyatakan bahwa cahaya termasuk faktor  lingkungan yang penting, karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalam metabolisme tanaman. Secara fisilogis cahaya mempunyai pengaruh baik lansung maupun tidak langsung pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis dan secara tidak lansung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut pendapat Gardner dkk (1985) menyatakan bahwa setiap spesies tanaman ternak akan menberikan Respon yang berbeda terhadap tingkat cahaya yang diterimah. Pada umumnya tanaman C4 mampu  meningkatkan fotosintesis pada tingkat cahaya matahari penuh,sedangkan C3 telah mencapai kejenuhan sebelum mencapai matahari penuh.
Penyebaran ternak tidak hanya untuk menambah populasi tetapi merupakan upaya penyebaran atau pemerataan pemilikan ternak kepad petani kecil, penyebaran pemilikkan diharapkan dapat memanfaatkan sumber pakan yang tersebar dan tenaga kerja sisa yang ada pada keluarga petani di pedesaan, khususnya untuk ternak ruminasia, penyebaran ini sekaligus untuk mendorong pemanfaatan tenaga kerja dan kotoran ternak dalam usaha tani. Potensi lahan untuk setiap daerah berbeda dan mempunyai faktor pembatas yang berbeda pula, diantaranya keadaan topografi, iklim, sumber air dan jenis tanaman yang dikembangkan, keadaan ini angat menetukkan pemilihan daerah pengembangan ternak ruminansia.
Susetyo (1980) menyatakan bahwa komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil optimum padang penggembalaan dapt dicapi apabilah komponen kacang-kacangan berkisar antara 30-40% bahan kering (Kismono,1979).
Kapasitas tampung mempunyai hubungan ynag erat denga produksi ternak yang dihasilkan (Humpreys, 1978: Susetyo, 1980). Nitis (1979) menyatakan bahwa produksi rumput yang tumbuh ditanah sawah, kebun, hutan dan pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton BK/tahun sedangkan pengunaan sekitar 1,5 ton BK/tahun. Kapasitas tampung ternak ruminansia disuatu wilayah menunjukkan populasi maksimum suatu jenis ternak ruminansia yang ada diwilayah tersebut selanjutnya kapasitas tampung ternak dihitung atas dasar ketersediaan dan produktivitas lahan. Kapasitas tampung disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh iklim, produktivitas tanah, dan pola pertanian yang dilakukan didaerah tersebut. Menurut Syarief, (1980) menyatakan bahwa komponen iklim yang terpenting untuk daerah tropik adalah curah hujan, tinggi rendahnya curah hujan disuatu daerah berpengaruh langsung terhadap tingkat kesuburan dan pertumbuhan tanaman, bila pertumbuhan tanaman terganggu maka produksinya terganggu pula
            Tjitrosoedirjo (1983) menyatakan bahwa kompetisi adalah salah satu corak hubungan antara keadaan lingkungan di sekitarnya yang berinteraksi dan selanjutnya keadaan lingkungan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi adalah spesies tanaman, kepadatan/kerapatan tanam, persaingan cahaya, persaingan air dan persaingan nutrisi. Menurut Soedomo reksohadiprodjo (1981) bahwa bagi kebanyakan cultivar tanaman, panjang siang hari atau panjang malam hari penting untuk terjadinya bunga dan adanya reaksi kekuatan untuk berbunga. Stylo merupakan legum yang tidak tolerant terhadap naungan. Sillar (1967) menujukan bahwa pengurangan sampai legum hanya mengalami 0.74 % dari panjang siang  hari menurunkan pertumbuhan tunas sebanyak 47 %, sedangkan naungan sampai menyebabkan peguragan panjang siang hari sampai hanya 0,38 % akan menyebabkan kematian sebanyak 33%.



Faktor penghambat
Kelas kemampuan
I
II
III
1. Tekstur tanah
  a. Lapisan atas
  b. Lapisan bawah
Kasar
Agak Halus
0-3 (datar)
Agak Kasar
Agak Kasar
3-8 (berombak)
Agak Kasar
Halus
8-15 (agak miring)
2.Lereng permukaan
Agak Baik
Agak Baik
Agak Jelek
3. Drainase tanah
Sedang
Sedang 50 cm
Sedang 50 cm
4.Kedalaman efektif
Sedang
Ringan
Tidak ada
5. Keadaan erosi
Tidak ada
Tidak ada
Sedikit (0-15%)
6. Kerikil/ batuan
Terkadang
Tidak pernah
Tidak pernah
Tabel 4. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

Pastura adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia (Parakkasi, 1999), sehingga dapat disebut sebagai padang penggembalaan. Sebelum adanya mekanisasi pertanian, padang rumput adalah sumber makanan utama untuk penggembalaan ternak seperti kuda dan sapi. Hal tersebut masih digunakan secara ekstensif, terutama sekali di daerah kering apabila padang rumput daratan tidak cocok untuk produksi pertanian. Di daerah yang lebih lembab, padang rumput penggembalaan dimanfaatkan secara ekstensif dalam bentuk “free range” dan pertanian organik. Pastura terdiri dari rumput-rumputan, leguminosa maupun hijauan lain (Wikipedia, 2008).
Menurut Reksohadiprodjo (1985), pastura terdiri dari beberapa macam, yaitu pastura alam, pastura alam yang sudah ditingkatkan, pastura buatan (temporer), dan pastura dengan irigasi. Padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Pastura alam yang sudah ditingkatkan. Spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).
Pastura buatan (temporer). Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian. Pastura dengan irigasi. Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari.
Ciri-ciri pastura yang baik antara lain produksi bahan kering tinggi, kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar, tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau, mudah dalam pemeliharaan, tingkat daya tumbuh cepat, mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman legume dan  ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi. Pemilihan jenis rumput dan legume yang akan ditanam di pastura bergantung kepada jenis ternak, keadaan topografi dan jenis tanah, kegunaan (disengut langsung oleh ternak / dipotong), metode penggembalaan yang akan digunakan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan pastura antara lain : “Soil fertility” (kesuburan tanah), “species of plant” (jenis tanaman) dan “stock control” (pengendalian penggembalaan ternak). Setyati (1983) mengemukakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah adalah tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Tingkatan tersebut tergantung banyak faktor diantaranya adalah kelarutan zat hara, PH, kapasitas pertukaran kalori (KPK), tekstur tanah dan jumlah zat organiknya. Kemampuan suatu tanaman untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya dari faktor genetik berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Disini dapat dikemukakan suatu contoh bahwa familia gramineae (Rumput-rumputan) mempunyai pembawaan yang berbeda dibandingkan dengan tanaman dai familia leguminoceae (Whiteman, 1980).






V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pengelolaan padang pengembalaan ini yaitu semua perlakuan pada proses-proses untuk mengukur suatu kelayakan padang pengembalaan diberikan perlakuan berbeda dimaksudkan untuk mengetahui hijauan mana yang lebih bagus menghasilkan pertumbuhan serta perkembangan yang baik untuk diberikan kepada ternak. Pengukuran kapasitas tampung pada lokasi padang penggembalaan mempunyai nilai produksi yang bagus karena terdapat banyak rumput dan legum untuk hijauan ternak.

5.2 Saran
Setelah selesainya praktikum ini sebaiknya mahasiswa dapat memahami hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut dan penulis mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaannya laporan ini.


DAFTAR PUSTAKA


Direktorat jenderal peternakan. 1985. Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan pengembangan peternakan. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Fitter, A.H . dan R.K.M  Hay .1992. Fisiologi Tanaman. Edisi Bahasa Indonesia. Gadjah Mada Universitas Press.Yogyakarta.
Gardner.F.P.R.B. Pearce ,R.L. Mitchell.1985. Physiology of crop Plants.Lowa        State Uneversity  Press;Ames . Lowa.
Humpreys, L.R. 1978. Pasture Species Nutritive and management. In Acaurse manual in tropical Pasture Science. Australia Vice chancellors committee. Watson ferguson and Co, ltd. Brisbane.
Ilyas, A. Z. 1992. Kebijakan pembagunan peternakan rakyat. Makalah utama seminar nasional Fakultas Peternakan. UNJA. Jambi.
Kismono, L. 1979. Pasture Establishment. Fakultas peternakan IPB. Bogor
Moenandir, J . 1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali. Press.Jakarta.
Mulyadi, D. 1980. Potensi Lahan Aspek kesuburan tanah dan pengelolaannya dalam kaitanya dengan kemungkinan pengembangan di Indonesia. Pusat Litbang. Bogor.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Yogyakarta.
Susetyo .S. 1980 .Padang Penggembalaan. Departemen ilmu makanan ternak. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.
Syarief. S. 1980. Beberapa Masalah Pengawasan Tanah Dan Air. Publikasi ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung
Tjitrosoedirjo. S , I, S .Utomo dan J wiroatmojo.1983. Pengelolaan Gulma dari  Perkebunan.Gramedia ,Jakarta.