Kamis, 03 November 2011

Laporan Semester Praktikum Kesehatan Ternak




 
PENDAHULUAN


Latar Belakang
      Manajemen pemeliharaan yang baik, khususnya program kesehatan ternak menjadi hal yang paling mendasar untuk meningkatkan produksi. Pemeriksaan kesehatan ternak itu sendiri meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sistema.
      Penyakit parasit cacing ini sering juga terjadi pada sapi, baik itu sapi lokal maupun sapi peranakan. Dengan adanya penyakit parasit cacing ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar, hal ini dapat berupa gangguan pertumbuhan, penurunan bobot badan, daya tahan tubuh, penurunan produksi telur bahkan sampai berhenti bereproduksi serta terjadi peningkatan biaya pemeliharaan.
      Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh status kesehatan ternak yang dipelihara program kesehatan. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya diluar tubuh (permukaan kulit tubuh) induk semang.
      Protozoa merupakan anggota dari hewan yang sederhana. Tubuh nya walaupun komplek, tersusun dari sel tunggal dan hampir semuanya mempunyai ukuran mikroskopis. Protozoa tersusun dari organela – organela tetapi bukan organ, karena mereka merupakan diferensiasi dari satu sel.
      Progaram vaksinasi ND yaitu hendaklah disesuaikan dengan situasi penyakit yang ada dilapangan, penyediaan atau tersedianya vaksin. Vaksin yang sering digunakan oleh peternakan adalah vaksin ND Strain La-sota. Vaksin ini bisa digunakan pada vaksinasi awal yaitu pada anak ayam dan bisa untuk vaksinasi ulangan.
      Vaksin Flu burung ada beberapa macam yaitu : VAKSIFLU AI (vaksin unggas inaktif Avian Influenza subtipe H5 dalam emulsi minyak), OPTIMUNE AIV (vaksin Inaktif dalam emulsi minyak berisi virus Avian Influenza subtipe H5 yang low pathogenik), AFLUVET dan MEDIVAC.
      Hasil akhir dari pemeriksaan di laboratorium sangat dipengaruhi oleh cara penanganan dan pengiriman contoh atau spesimen yang dilakukan oleh dokter, paramedis, petugas lapangan, maupun peternak. Contoh yang dikirim secara cepat dan terbuka kemungkinan akan dapat dicapai hasil pemeriksaan laboratorium yang 100% akurat.

Tujuan
      Tujuan dari semua praktikum yang telah dilalui adalah mahasiswa dapat mengetahui dan memeriksa langsung keadaan kesehatan ternak yang terdapat di Fapet farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Manfaat
      Manfaat dari praktikum yang telah dilaksanakan adalah mahasiswa menjadi tahu faktor-faktor penyebab timbulnya suatu penyakit yang dapat merugikan peternak dan cara mengAtasinya lebih dini.








MATERI  DAN  METODE



 




Waktu dan Tempat
      Praktikum Pemeriksaan ternak di laksanakan pada tgl 24-mar-2009 pada hari selasa jam 02.00 wib.yang dilaksanakan di Laboratarium Kesehatan Ternak Gedung C dan Fapet Farm  Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
     
Materi

      Pada praktikum Sanitasi dan Desinfektan peralatan yang digunakan adalah sikat lembut, sabun dettol, sikat lantai, sapu lidi, sekop, air, ember. Pada praktikum Pemeriksaan Kesehatan Ternak Secara Umum alat yang digunakan adalah stethoscope, thermometer, satu ekor sapi, kambing jantan dan betina, domba jantan dan betina.
      Pada praktikum Endoparasit (telur cacing) alat yang digunakan feces sapi, tabung centrifuge, centrifuge, NaCl jenuh, gula Sheater, aquades, cover glass, object glass, dan mikroskop. Pada praktikum Ektoparasit alat yang digunakan alcohol 70%, aquades, cotton swab, botol plastic atau botol kaca, cawan Petri, objek glass, cover glass, mikroskop dan beberapa ektoparasit yang berhasil dikumpulkan.
      Pada praktikum protozoa alat yang digunakan adalah feces ternak, kalium bicromat 2,5%, cawan Petri, dan alat – alat yang digunakan pada praktikum Endoparasit. Pada praktikum vaksinasi ND alat dan bahan yang digunakan alat suntikan yang steril, aquades, vaksin ND strain La Sota, vial vaksin dan ayam yang akan divaksin. Vaksinasi AI alat yang digunakan alat suntik, VAKSIFLU AI dan ayam yang akan di vaksin.
      Pada praktikum Pengambilan dan Pengiriman Spesimen alat yang digunakan adalah seekor ternak, alcohol 10 %, botol kaca.
                  

Metoda

Untuk praktikum Sanitasi dan Desinfektan metoda yang dilakukan yaitu bersihkan kandang, lantai kandang dari kotoran ternak yang berserakan, tempat pakan kemudian mandikan sapi dengan sikat yang lembut dan sabun detol, lalu lakukan desinfektan dengan menggunakan Cyperkiller dengan dosisi yang ada, desinfeksi kandang ternak dan ternak.
      Pratikum Pemeriksaan Ternak Secara Umum, amati keadaan ternak yang dimulai dari keadaan kulit dan bulu, sistem pencernaan, pernafasan, sirkulasi, sistem gerak dan uregenital. Perhatikan tiap-tiap bagian tersebut, apakah ada kelainan yang menunjukkan adanya penyakit. Pada Praktikum Pemeriksaan Penyakit Endoparasit dilakukan dengan 3 metoda yaitu : metoda Natif dilakukan dengan meletakkan feces diatas gelas objek, ditambah satu tetes air, setelah itu dicampur dan tutup deng cover glass dan amati dibawah mikroskop. Metode Sheater dengan melakukan timbang 1 gr feces masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan gula sheater dan disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm, setelah itu tambah kembali gula sheater hingga penuh, tepelkan cover glass tepat dibibir tabung. Angkat cover glass dan letakkan diatas glass objek dan amati dibawah mikroskop.
      Metoda Apung, ambil 5 gr feces masukkan dalam tabung centrifuge, kemudian tambah air sampai 2/3 tabung dan aduk rata biarkan 5 menit, air dan bahan yang terapung buang lalu tambahkan dengan air lagi dan centrifuge selama 10 menit. Cairan dibuang, lalu tambah dengan NaCl jenuh sampai 2/3 tabung, centrifuge lagi selama 10 menit. Tabung diambil, tambahkan lagi NaCl jenuh sampai permukaan kelihatan cembung, biarkan selama 10 menit lalu letakkan glass objek diatas bibir tabung, cairan yang menempel diamati dibawah mikroskop.
      Metoda pemeriksaan Protozoa, letakkan feces yang diambil dalam cawan petri dan campur dengan kalium bicromat, dan sipam selama 4-7 hari pada suhu kamar, lalu periksaa ookista pada feces dengan meggunakan metoda apung.
      Metoda Praktikum Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit, kumpulkan ektoparasit seperti lalat, caplak dan kutu kambing, sapi, domba, kerbau, rusa, kucing, anjing dan ayam. Lalu masukkan kedalam botol plastik yang berisi alkohol 70 % yang berbeda. Lalu amati masing – masing ektoparasit dengan mikroskop.
      Metoda Praktikum Vaksinasi ND dan AI, untuk vaksinasi ND terlebih dahulu siapkan alat suntik yang steril, lalu larutkan vaksin dengan menggunakan larutan aquadestilata dengan dosis 0,5 – 1,0 cc/ ekor, gunakan vaksin ND Strain La sota 50 dosis. Dan untuk 1 ekor ayam digunakan 0,5 cc / ekor maka 1 vial vaksin 50 dosis dilarutkan dalam 25 cc aquadestilata. Suntikkan 0,5 cc / ekor pada otot dada ayam. Sedangkan untuk vaksin AI tidak perlu dilarutkan karena vaksin AI sudah dalam bentuk larutan, dosisi yang digunakan untuk ayam umur lebih dari 21 hari 0,5 ml dan suntikkan dibawah kulit pada pangkal leher.
      Pada praktikum Pengambilan dan Penerimaan Spesimaen metoda yang dilakukan yaitu potong terlebih dahulu ternak yang akan diambil spesimennya, lalu ambil bagian – bagian yang akan diuji spesimen seperti hati, ginjal, jantung, limpa, usus, proventrikulus, otak. Masukkan kedalam botol kaca yang berisi formalin 10 %.









 
HASIL DAN PEMBAHASAN



PEMERIKSAAN TERNAK SECARA UMUM
      Dari praktikum yang telah delaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Kulit dan Bulu
Hasil
Kambing jantan
Kambing betina
Domba
Sapi
1
Turgor kulit
Turun
Normal
Turun
Normal

Bulu
Luka
Lesi/jejas
Kusam/rontok
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Rusak/kotor
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
2
Pernafasan





a.       Cara bernafas
b.      Frekuensi nafas
c.       Cermin hidung
d.      Eksudat hidung
e.       Batuk
Normal
Normal
Kering
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal 38x/1 mnt
Kering
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
Basah
Tidak ada
Tidak ada
Normal
35x/1menit
Basah
Ada
Tidak ada
3
Sirkulasi





a.       Pulsus denyut jantung
b.      Frekuensi pulsus
c.       Perdarahan
Kuat

62/menit
Ada
Betina

4238,3/menit
Ada
Kuat

66/menit
Ada
Kuat

77/menit
Ada
4
Pencernaan





a.       cara mengambil pakan
b.      Cara mengunyah pakan
c.       Tonus lambung
d.      Peristaltik usus
e.       Muntah
f.       Cara buang kotoran
g.       Frekuensi buang feces
h.      Konsistensi buang kotoran
Dengan bibir

Normal

Normal
Normal
Tidak
-

-

-
Dengan bibir

Normal

Normal
Normal
Tidak
Normal

Normal

Normal
Dengan bibir

Normal

Normal
Normal
Tidak
-

-

-
Dengan lidah

Normal

Normal
Normal
Tidak
Normal

Normal

Normal
5
Uregenital





a. Cara urinisasi
b. Warna urin
c. Kekeruhan
Normal
Kuning
Jernih
Normal
Kuning
Jernih
-
-
-
Normal
Kuning
jernih
6
Syaraf & Gerak





a.       Reaksi Refleks
b.      Cara berjalan
Ada
Normal
Ada
Normal
Ada
Normal
Ada
Normal
7
Panca indera





a. Mata


b. Refleks mendengar
c. Suhu tubuh
Bersinar, tidak ada leleran

Bagus
37,7°c
Bersinar, tidak ada leleran

Bagus
36,9°c
Bersinar, tidak ada leleran

Bagus
38,6°c
Bersinar, tidak ada leleran

Bagus
38,5°c

Pembahasan :
a.    Sapi
     Dari hasil pemeriksaan pada sapi yang kami amati, keadaan sistema sapi tersebut dari mulai kondisi kulit dan bulu, pernafasan, sirkulasi, cara makan, uregenitalis, syaraf dan gerak, dan juga panca inderanya dalam keadaan normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadaan sistema sapi tidak ada mengalami perubahan yang menunjukkan sapi tersebut menderita penyakit yang membahayakan.
     WILLIAMSON (1993) menyatakan bahwa penyakit yang biasa diderita sapi adalah menceret, dengan tanda-tanda mata sayu, lesu, menceret, dan kadang-kadang peningkatan secara abnormal dari suhu dan meningkatnya pernafasan.

b.     Kambing
      JAMES (1992), menyatakan bahwa kambing mengambil makanannya dengan menggunakan bibir dan kambing lebih menyukai dedaunan dari pada rumput, serta dapat menempuh perjalanan yang jauh untuk mencari makanan kesukaannya dibandingkan sapid an domba.
      Kambing  tergolong hewan pemamahbiak, serta mempunyai kebiasaan memakan hijauan yang terdapt diatas. Untuk keadaan kulit kambing yang diamati tidak ada mengalami kelainan ataupun cacat. AAK (1978), menyatakan bahwa penanganan yang sembarangan atau tidak terampil dan factor lingkungan seperti penyakit kulit dan perusakan oleh serangga banyak mengurangi nilai kulit kambing.

c.      Domba
      Domba yang sehat apabila dilakukan pemeriksaan sistema tidak ada mengalami perubahan. Domba yang diamati memiliki keadaan yang normal, dan tidak ada mengalami perubahan apapun, sesuai dengan pernyataan DEVENDRA (1980) bahwa domba yang akan digunakan sebagai bibit atau peremajaan mempunyai beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya kesehatan ternak, dan tidak terserang penyakit.  

PENYAKIT ENDOPARASIT PADA TERNAK
      Untuk pemeriksaan telur cacing pada praktikum ini digunakan 3 metoda. Berikut hasil yang didapatkan pada setiap metoda :


1.     Metoda Apung
      Telur cacing yang ditemukan dengan menggunakan metoda ini pada feces Domba yaitu :

Schistosoma nasalis
Klasifikasi

Kingdom         : Animalia
Filum              : Platyhelminthes
Class               : Trematoda
Ordo                : Strigeatoida
Familia           : Schistosomatidae
Genus              : Schistosomae
Species            : Schistosoma nasalis


      SUHARDI (1983), menyatakan bahwa pada ternak yang terserang penyakit cacing dapat dilihat dengan adanya perubahan atau gejala-gejala yaitu anemia, kurus, bulu kusam, dan adanya rahang yang bengkak. Pemeriksaan feces dapat dilakukan dalam beberapa metode. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini dengan salah satu gejalanya yaitu terjadi anemia pada ternak.
      GLENN (1989), menyatakan bahwa larva stadium III pada parasit yang inaktif bila tertelan hewan bersama makanan akan berkembang menjadi dewas di dalam lambung penderita.

KOLEKSI DAN IDENTIFIKASI EKTOPARASIT
      Dari praktikum yang telah dilaksanakan, yang dimulai dari pengoleksian atau pengumpulan ektoparasitdari tubuh ternak sampai kepada pengidentifikasian ektoparasit, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1.     Caplak pada kambing ( Amblyoma cayannense )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Acarinorida
Ordo          : Ixodorina
Family      : Ixodorindae
Genus        : Amblyoma
Species      : Amblyoma cayannense
2.     Caplak pada Sapi ( Rhipicephalus evertsi )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Acarinorida
Ordo          : Ixodorina
Family      : Ixodoridae
Genus        : Rhipicephalus
Species      : Rhipicephalus evertsi
3.     Caplak domba ( Amblyoma cayannense )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Acarinorida
Ordo          : Ixodorina
Family      : Ixodoridae
Genus        : Rhipicephalus
Species      : Rhipicephalus evertsi
4.     Caplak Rusa (Amblyoma hebraeum )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Acarinorida
Ordo          : Ixodorina
Family      : Ixodorindae
Genus        : Amblyoma
Species      : Amblyoma hebraeum
5.     Kutu kucing ( Demodex canis )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Acarinorida
Ordo          : Sarcoptorina
Family      : Sarcoptoridae
Genus        : Demodex
Species      : Demodex canis
6.     Kutu Ayam (Argas persicus)
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Mallophagorida
Ordo          : Mallophaga
Family      : Mallophagaidae
Genus        : Mallopagha
      Species      : Mallopagha persicus




7.     Kutu kerbau (Haematopinus eurysternus)
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Mallophagorida
Ordo          : Mallophaga
Family      : Mallophagaidae
Genus        : Haematopinus
Species      : Haematopinus eurysternus
8.     Kutu Rusa ( Bovicula bovis )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
      Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Mallophagorida
Ordo          : Mallophaga
Family      : Mallophagaidae
Genus        : Haematopinus
Species      : Haematopinus eurysternus
9.     Kutu anjing ( Demodex canis )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Acarinorida
Ordo          : Siphonapterorida
Family      : Siphonapteroridae
Genus        : Ctenocephalides
Species      : Ctenocephalides canis




10.  Lalat Kandang ( Stomaxys calcitrans )
Klasifikasi :                                                                      Gambar :
Kingdom   : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Class         : Hymenoplera
Ordo          : Diptera
Family      : Dipteroridae
Genus        : Stomoxys
Species      : Musca domestica
Pembahasan :
      Dari hasil yang didapat maka caplak dan kutu merupakan parasit yang merugikan, baik itu merugikan ternak tersebut sebagai tempat hidup kutu dan caolak, jug adapt merugikan para peternak. Mereka harus mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi masalah ini.
      CAMERON (1956), menyatakan bahwa kutu merupakan parasit permanent eksternal dan obligat pada burung dan hewan mamalia. Kutu ini tidak meloncat ataupun terbang melainkan berjalan cepat.
      Kutu dan caplak disini merupaka phylum Arthropoda yaitu hewan yang memiliki tubuh beruas-ruas. Sesuai dengan pernyataan ASKEW (1971) bahwa semua kutu tidak bersayap, dia mempunyai tubuh pipih, dan antenna pendek dengan 3 sampai 5 ruas, dan kakinya pendek. Hanya mempunyai tursus yang cakarnya digunakan untuk bepegangan pada bulu atau rambut.
      Bukan hanya kutu atau caplak yang menyebabkan penyakit ektoparasit, tetapi lalat juga salah satu agen penyakit. Sesuai dengan pernyataan SMYTH (1976), bahwa lalat merupakan ektoparasit penghisap darah.

VAKSINASI ND (NEWCASTLE DISEASE)
      Pemberian Vaksin Newcastle Disease Pada Ternak
      Pada praktikum vaksinasi ini, kami melakukan vaksinasi Newcastle Disease pada ternak ayam yang memiliki bobot badan sekitar 1 kg yang berumur lebih dari 21 hari. Sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit Newcastle Disease merupakan penyakit yang sering terdapat pada ternak unggas. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat dicegah dengan cara vaksinasi.
      Vaksinasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah vaksinasi ND yaitu vaksin yang dapat mencegah penyakit ND atau tetelo pada ternak unggas. Penyakit ND atau tetelo merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada ternak ayam, dan untuk pencegahan dari penyakit ini adalah dengan cara vaksinasi. ANONYMOUS (1975), menyatakan bahwa penyebab dari penyakit Newcastle Disease adalah virus Paramyxovirus. Ternak yang menderita penyakit ND tampak lesu dan sulit bernafas, gangguan pencernaan antara lain diare berwarna kehijau-hijauan, gangguan susunan syaraf pusat antara lain kelumpuhan dan terticolis.
      Sesuai dengan pernyataan NUGROHO (1989) bahwa penyakit Newcastle Disease merupakan penyakit pernafasan yang akut dan mudah sekali menuar. Pencegahan yang dilakukan untuk penyakit ini adalah vaksinasi dan sanitasi.
      TAKEHARA (1987) juga menyatakan bahwa Newcastle Disease (ND) menunjukkan adanya suatu variasi yang besar dalam bentuk dan derajat keparahan penyakit.    


      Dosis vaksin yang diberikan
      Pada praktikum ini kami menggunakan dosis yaitu dosis dilarukan dalam 0,5 cc aquadestilata kemudian vaksin ND Strain La sota 50 dosis. Sedangkan untuk dosis setiap 1 ekor ayam : 1 cc/ekor maka 1 vial dilarutkan dalam 50 cc aquadestilata.


PEMERIKSAAN PROTOZOA

1.     Pada Feces Unggas
      Feces unggas yang diamati yaitu feces ayam petelur, ayam broiler, dan ayam kampung, berikut hasilnya :
Protozoa pada Feces ayam kampung  (Eimeria tenella)
Klasifikasi      :
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Protozoa
Class               : Sprozoasida
Ordo                : Coccidia
Family            : Eimeriidae
Genus              : Eimeria
Species            : Eimeria tenella
Protozoa pada feces ayam broiler (Eimeria necatrix)
Klasifikasi      :
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Protozoa
Class               : Sprozoasida
Ordo                : Coccidia
Family            : Eimeriidae
Genus              : Eimeria
Species            : Eimeria necatrix
Protozoa pada feces ayam Petelur (Eimeria mitis)
Klasifikasi      :
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Protozoa
Class               : Sprozoasida
Ordo                : Coccidia
Family            : Eimeriidae
Genus              : Eimeria
Species            : Eimeria mitis

      Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa feces ayam kampong terdapat ookista Eimeria tenella pada stadium perkembangan. Disini terlihat bahwa bentuk dari E. tenella bulat telur, dengan dilapisi seperti selaput. NORMAN (1955), menyatakan bahwa struktur dari ookista yang khas adalah dinding ookista terdiri dari satu atau dua lapis dan mungkin dibatasi selaput.
      Pada feses ayam broiler ditemukan ookista Eimeria necatrix pada stadium perkembangan, SUMIATNO (1990), menyatakan bahwa E. necatrix bertahan selama 12 hari dan dapat menyebabkan mukosa halus menjadi tebal dan akibatnya penyakit yang disebabkan sering dinyatakan sebagai koksidiosis yang khronis.
      NUGROHO (1998), menyatakan bahwa Eimeria necatrix merupakan protozoa yang terdapat dalam usus halus dan sekum pada ayam, dengan bentuk bulat memanjang dan halus. Protozoa ini dapat menyebabkan penyakit yang khronis pada ternak ayam.







2.     Protozoa pada Feces Ruminansia
Protozoa pada Feces Kambing (Eimeria pallida)
Klasifikasi      :
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Protozoa
Class               : Sprozoasida
Ordo                : Coccidia
Family            : Eimeriidae
Genus              : Eimeria
Species            : Eimeria pallida

Protozoa pada Feces Domba (Eimeria granulose)
Klasifikasi      :
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Protozoa
Class               : Sprozoasida
Ordo                : Coccidia
Family            : Eimeriidae
Genus              : Eimeria
Species            : Eimeria granulose

Protozoa pada Feces Sapi (Eimeria auburnensis)
Klasifikasi      :
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Protozoa
Class               : Sprozoasida
Ordo                : Coccidia
Family            : Eimeriidae
Genus              : Eimeria
Species            : Eimeria auburnensis



      Pada feces kambing terdapat ookista E. pallida dengan bentuk bulat melebar, dengan dilapisi dua selaput. Sedangkan untuk feces domba terdapat protozoa E. granulose yang juga ditemukan pada ternak kambing. Pada gambar terlihat E. granulose berbentuk ulat telur dengan ukuran yang besar, halus, pada ujung mikropiler terdapat sebuah topi.


VAKSINAI AVIAN INFLUENZA (AI)
      Penyakit viral merupakan penyakit yang sangat sulit dilakukan pengobatannya dan bahkan jarang sekali dapat disembuhkan karena memang sebagian besar penyakit viral tidak ada obatnya. Penyakit viral ini kebanyakan bersifat endemik pada suatu kawasan sehingga sulit untuk pemberantasannya. Satu-satunya jalan terbaik untuk mengatasinya adalah dengan vaksinasi. Selain karena jalan pengobatan penyakit viral yang mahal dan persentase atau kemungkinan ternak sembuh dari penyakit viral ini sangat kecil, vaksinasi juga mudah dilakukan dengan biaya yang minim namun dengan kemungkinan ternak terkena penyakit viral yang kecil.
      Sehingga vaksinasi merupakan idola para peternak dalam menjaga kesehatan ternak dan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan peternakan. Seperti yang dikatakan Rasyaf (2004), bahwa banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu kawasan peternakan. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksinasi , dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika gejala ayam sakit mulai tampak serta program lainnya yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan.
      Vaksin mempunyai macam-macam tipe dan strain, Redaksi Agromedia (2006), menyatakan ada tiga tipe vaksin yang dikenal sekarang, yaitu vaksin virus hidup (live virus vaccine), adalah virus dalam vaksin masih hidup dan memiliki kemampuan yang lengkap untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine), adalah vaksin yang dibuat dengan cara melemahkan organisme aktif, dan vaksin yang dimatikan (killed vaccine), organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dn tidak mempunyai kemampuan untuk emnularkan pnyakit kepada ayam. Sedangkan strain vaksin bermacam-macam tergantung dari jenis vaksinnya.

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
      Specimen merupakan bagian / organ tubuh ternak yang diambil untuk diuji secara laboratories untuk mengetahui penyakit ternak yang menyebabkan kematian. Pada praktikum yang telah kami laksanakan ini kami mencoba mengambil specimen ternak yang masih hidup yaitu bebek betina untuk di uji pemeriksaan jaringan.
      NUGROHO (1989), menyatakan bahwa untuk mengambil specimen pada ternak kita harus perhatikan keadaan ternak tersebut. Apabila ternak masih hidup kita dapat mengambil bagian-bagian tertentu seperti, leleran hidung atau telinga, darah, feces, kerokan kulit.
      Bagian – bagian yang diambil untuk uji jaringan yaitu hati, limpa, otak, jantung, usus, uterus, ginjal, proventrikulus. Masing-masing dipotong dan dimasukkan kedalam botol kaca yang berisi formalin 10 %.

SANITASI DAN DESINFEKTAN
      Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu dengan langkah – langkah : membersihkan kandang, dengan membuang terlebih dahulu feces – feces yang ada dilantai lalu menyiram dengan air. Bersihkan tempat pakan, tempat pakan dikosongkan. Lalu mandikan sapi dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun dettol atau sejenisnya. Pada praktikum ini saya memandikan sapi yang diberi nama Bobo, siputih.
      Setelah itu gembalakan sapi tersebut agar dia dapat makan dan berinteraksi dengan udara bebas. Selagi sapi digembalakan maka kita dapat membersihkan peralatan, tempat pakan, lantai kandang.
      Setelah semua bersih masukkan sapi, dan lakukan proses desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada kandang, peralatan dan bahkan pada tubuh ternak. Disini kami menggunakan desinfektan cyperkiller, yang dapat digunakan untuk membunuh nyamuk, lalat, caplak, kutu dan ektoparasit lainnya.            SUDONO (1969), menyatakan bahwa sinar matahari pagi yang masuk kedalam kandang sangat penting, karena sinar pagi tak begitu panas dan lebih banyak mengandung sinar ultraviolet yang dapat berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan kulit









PENUTUP


 


Kesimpulan

      Dari paraktikum yang telah dilakukan selama ini maka didapatkan  kesimpulan bahwa setiap pemeliharaan ternak manajemen dan program pemeliharaan harus diperhatikan demi kesehatan ternak yang kita pelihara. Apabila pemeliharaan dan lingkungan ternak tidak diperhatikan maka besar kemungkinan penyakit akan sering muncul sehingga usaha peternakan mendapat kerugian yang besar.


Saran

      Peralatan yang digunakan pada praktikum harus lebih diperhatikan agar tidak ada lagi yang mengalami kerusakan sehingga kegiatan praktikum ini dapat berjalan dengan lancar.









DAFTAR PUSTAKA




AAK. 1980. Kawan Beternak II.. Jakarta Press. Jakarta.

Anonymous. 1975. Penataran Ilmu Penyakit Unggas. Panitia Penyelengara Penataran Ilmu Penyakit Unggas. Yogyakarta.

Akoso, B. T. Manual Keshatan Ternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Becker, E. R. 1927. Protozoa pada Rumen dan Retikulum Kambing. M.S. Thesis, Univ. Urbana.

Darmono. 1992. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.

Devendra, C. 1980. Produksi Kambing Didaerah Tropis. ITB. Bandung.

Glenn, R. N. 1989. Parasitologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

Horak. 1971. Avertebrate. Eka Offset. Semarang.

Hirschmann, H. 1960. Reproduksi Arthropoda. Universitas N. Car. Press. Washington.
Nugroho, E. 1989. Penyakit Ayam Di Indonesia. Ekka Offset. Semarang.

Rangga, C.T. 1996. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius. Yogyakarta.