I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang
berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan dan yang termasuk kedalam
kelompok makanan hijauan untuk ternak ini dapat berupa hijauan segar berupa
rumput dan kacang-kacangan atau leguminosa. Untuk itu dalam praktikum ini
dilakukan cara-cara untuk mengetahui
kualitas dari hijauan pakan ternak untuk rumput yang digembalakan
Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan
yang mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat
berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan
legume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Hijauan makanan ternak memegang peranan penting
bagi ternak Ruminansia, besarnya sumbangan
hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100%.
Salah satu hal yang dilakukan untuk peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi yang
begitu pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal
ini akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk
dijadikan sebagai tempat penggembalaan ternak.
Untuk menjaga
agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah
satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang
tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap
Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian setempat, selain
itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat
menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta
disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan pada praktikum pengelolaan padang penggembalaan ini
adalah dapat mengetahui cara pengukuran komposisi botani dari suatu areal pengembalaan, pengukuran
kapasitas tampung suatu lahan terhadap satuan ternak, mengukur kemampuan klas pastural serta
mengetahui pola intergrasi ternak terhadap hijauan makanan ternak kedalam pola
pertanian dan perkebunan.
Praktikum ini juga bermanfaat agar praktikan
dapat mengetahui cara mengukur kelayakan suatu padang pengembalaan sehingga pada nantinya dapat di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin
lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses
fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi. Panjang hari tidak hanya berpengaruh
terhadap jumlah makanan yang dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi juga
menentukan waktu pembungaan pada banyak tanaman.
( Ahmad, R, 1997 )
Hijauan makanan ternak merupakan makanan pokok bagi
hewan memamah biak salah satunya adalah ternak sapi. Karena hijauan ini
digunakan sebagai makanan pokok sudah tentu berpengaruh besar terhadap produksi serta perkembangan ternak.
( Basiran, M.G, 1995 )
penyebaran ternak tidak hanya untuk menambah populasi
tetapi merupakan upaya penyebaran atau pemerataan pemilikan ternak kepad petani
kecil, penyebaran pemilikkan diharapkan dapat memanfaatkan sumber pakan yang
tersebar dan tenaga kerja sisa yang ada pada keluarga petani di pedesaan,
khususnya untuk ternak ruminasia, penyebaran ini sekaligus untuk mendorong
pemanfaatan tenaga kerja dan kotoran ternak dalam usaha tani.
( Ilyas, 1992 )
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape)
yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,
tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang
semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
( Jannatun, H, 1995 )
Keadaan air tanah dibedakan
menjadi keadaan kapasitas menahan air maksimum, seluruh pori baik pori mikro
maupun makro terisi penuh air dan keadaan kapasitas lapang.
( Kartadistara, 2000 )
Potensi lahan untuk setiap daerah berbeda dan mempunyai
faktor pembatas yang berbeda pula, diantaranya keadaan topografi, iklim, sumber
air dan jenis tanaman yang dikembangkan, keadaan ini angat menetukkan pemilihan
daerah pengembangan ternak ruminansia.
( Mulyadi, 1981 )
komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak selalu
konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan oleh ternak
maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil optimum padang penggembalaan dapt
dicapi apabilah komponen kacang-kacangan berkisar antara 30-40% bahan kering
( Kismono,1979 )
Kapasitas tampung mempunyai hubungan ynag erat denga produksi
ternak yang dihasilkan
( Humpreys, 1978 )
Produksi rumput yang tumbuh ditanah sawah, kebun, hutan dan
pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton BK/tahun sedangkan pengunaan sekitar
1,5 ton BK/tahun.
( Nitis, 1979 )
Kapasitas tampung ternak ruminansia disuatu wilayah
menunjukkan populasi maksimum suatu jenis ternak ruminansia yang ada diwilayah
tersebut selanjutnya kapasitas tampung ternak dihitung atas dasar ketersediaan
dan produktivitas lahan
(Direktorat jenderal
peternakan, 1993).
Kapasitas tampung disuatu wilayah sangat dipengaruhi
oleh iklim, produktivitas tanah, dan pola pertanian yang dilakukan didaerah
tersebut.
( Susetyo, 1980 )
Komponen iklim yang terpenting untuk daerah tropik
adalah curah hujan, tinggi rendahnya curah hujan disuatu daerah berpengaruh
langsung terhadap tingkat kesuburan dan pertumbuhan tanaman, bila pertumbuhan
tanaman terganggu maka produksinya terganggu pula
( Syarief, 1980 )
Kompetisi adalah
salah satu corak hubungan antara keadaan lingkungan di sekitarnya yang
berinteraksi dan selanjutnya keadaan lingkungan tersebut akan mempengaruhi
pertumbuhan yang lain.
( Tjitrosoedirjo, 1983 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi adalah spesies
tanaman, kepadatan/kerapatan tanam, persaingan cahaya, persaingan air dan
persaingan nutrisi
( Moenandir, 1988 )
Kebanyakan cultivar
tanaman, panjang siang hari atau panjang malam hari penting untuk terjadinya
bunga dan adanya reaksi kekuatan untuk berbunga. Stylo merupakan legum yang
tidak tolerant terhadap naungan.
( Reksohadiprodjo, 1981 )
Pengurangan sampai legum hanya mengalami 0.74 % dari
panjang siang hari menurunkan
pertumbuhan tunas sebanyak 47 %, sedangkan naungan sampai menyebabkan peguragan
panjang siang hari sampai hanya 0,38 % akan menyebabkan kematian sebanyak 33%.
( Sillar, 1967 )
III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan
Tempat
Adapun pelaksanaan Praktikum Pengelolaan Padang Pengembalaan ini yaitu dilaksanakan pada hari Minggu, 2 Juni 2012 pukul 09.00 s/d selesai yang bertempat di Lahan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum
yaitu kuadran, kantong koran, gunting,
air, ember, amnilevel, stopwatch, meteran, rumput, leguminosa dan gulma.
3.3 Metode
Adapun cara kerja pada praktikum pengukuran kapasitas
tampung yaitu menyiapkan alat-alat
yang dibutuhkan, menentukan lokasi padang penggembalaan, kemudian pembagian kelompok
dalam anggota, pengukuran dimulai dengan cara menentukan titik pertama
pelaksanaan, setelah titik pertama (cuplikan 1), lemparkan kuadran secara acak,
catat hijauan yang dominan yang terdapat dalam kuadran, potong hijauan yang ada
dalam kuadran tersebut sedekat mungkin dengan tanah, kemudian masukkan hijauan
tersebut ke dalam kantong plastik dan timbang berat segarnya sehingga diperoleh
produksi hijauan segar, selanjutnya dari titik pertama tersebut lakukan
pergeseran kearah kanan atau kiri tergantung kesepakatan sejauh 10 langkah,
lalu maju kearah muka kemudian lemparkan kuadran secara acak (cuplikan 2) dan
lakukan hal yang sama seperti cuplikan 1, lakukan hal yang sama sebanyak 10
kali cuplikan, setiap cuplikan ganjil hijauan harus di timbang dan dibuang
tetapi setiap cuplikan genap hijauan harus di bawa untuk analisis kering
dilaboratorium.
Cara kerja komposisi
botani yaitu hijauan cuplikan hasil pengukuran kapasitas tampung kemudian
dipisah-pisahkan unit mengistimasi dominasi bahan kering spesies yang menduduki
rangking pertama, kedua, dan ketiga atau berdasarkan spesies yang paling
dominan sampai paling sedikit. Selanjutnya data hasil estimasi dikalikan dengan
ratio konstan: rangking pertama dikalikan dengan 8,40, kedua 2,41 dan ketiga
1,00.
Cara kerja pada kelas
kemampuan pastura yaitu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan kemudian
menentukan lokasi pastural, setelah itu buat lobang pada kedalaman sekitar 80
cm untuk pengukuran dan pendugaan tekstur tanah tersebut, untuk melihat
permeabilitas masukkan air ke dalam lobang tersebut dan catat ketinggian air
tertinggi kemudian gunakan stopwatch untuk menghitung kecepatan air menyerap
kedalaman tanah dan catat waktunya. Untuk mengukur topografi menggunakan alat
amnilevel, dengan menempatkan satu titik pada daerah yang akan diukur dan
arahkan amnilevel ke arah titik tersebut kemudian catat kemiringannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui
kondisi pastura yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang
dihasilkan. Analisis komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan
melihat secara langsung komposisi botani yang ada di suatu pastura. Namun hal
ini tentu akan menjadi masalah dalam menentukan akurasi jenis botani dan waktu yang
diperlukan untuk melihat kondisi botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat
kondisi botani yang ada secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan metode
analisis komposisi botani hijauan makanan ternak yang cepat dan tepat.
Beberapa metoda analisis komposisi botani yang dikenal
diantaranya metoda langsung yaitu pemisahan dengan
menggunakan tangan dan penimbangan hijauan makanan ternak yang ternak yang
telah dipotong. Metode ini paling teliti jika digunakan jumlah sampel yang
cukup banyak, tetapi memerlukan waktu yang lama dengan fasilitas pengeringan
yang memadai. Metoda pendugaan, diantaranya estimasi persentase berat pada hijauan makanan
ternak yang telah dipotong, estimasi persentase berat “in situ” di kebun/lapangan, estimasi unit berat dari tiap-tiap
spesies di kebun/lapangan.
Metode-metode tersebut lebih cepat tetapi kurang teliti
karena faktor-faktor subyektif. Dalam perkembangannya, diperkenalkan metode “rank”
atau perbandingan yang memberikan persentase relatif tentang kedudukan
masing-masing spesies (relative importance percentage). Metode ini
digunakan untuk menaksir komposisi botani pada rumput atas dasar bahan kering
tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan.
Pada praktikum
pengelolaan padang penggembalaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
Komposisi Botani
Kuadran
|
Rumput ( gr )
|
Legum ( gr )
|
Gulma ( gr )
|
1
|
55
|
50
|
10
|
2
|
10
|
7
|
9
|
3
|
50
|
45
|
10
|
4
|
120
|
55
|
10
|
5
|
100
|
90
|
-
|
6
|
95
|
50
|
10
|
7
|
50
|
-
|
-
|
8
|
10
|
-
|
0,5
|
9
|
40
|
10
|
-
|
10
|
55
|
45
|
-
|
Jumlah
|
585
|
352
|
49,5
|
Rata-rata
|
58,5
|
35,2
|
4,95
|
Tabel 1: Tabel Komposisi Botani
|
|
Rank
|
|
Kuadran
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Rumput
|
Legum
|
Gulma
|
2
|
Rumput
|
Gulma
|
Legum
|
3
|
Rumput
|
Legum
|
Gulma
|
4
|
Rumput
|
Legum
|
Gulma
|
5
|
Rumput
|
Legum
|
-
|
6
|
Rumput
|
Legum
|
Gulma
|
7
|
Rumput
|
-
|
-
|
8
|
Rumput
|
Gulma
|
-
|
9
|
Rumput
|
Legum
|
-
|
10
|
Rumput
|
Legum
|
-
|
Tabel 2: Tabel Rank Komposisi Botani
Komponen
|
Rangking
|
||
|
I
|
II
|
III
|
Rumput
|
10
|
-
|
-
|
Legum
|
-
|
7
|
1
|
Gulma
|
-
|
2
|
4
|
Tabel 3:Tabel Komposisi Jumlah Tiap Rank Tiap Komponen
Persentase Bahan Kering
Rumput = ( 10 x 8.04 ) = 80.4
Legum = ( 7 x 2.41 )+(1x1.00) = 16.87+1=17.87
Gulma = ( 2 x 2.41 ) + ( 4 x 1.00 ) =
4.82+4=8.82
Kapasitas tampung adalah
kemampuan suatu pastura menampung ternak tanpa menyebabkan kerusakan pada
padang rumput dan ternak. Kapasitas tampung pastura berbeda-beda karena adanya
perbedaan dalam produksi tanah, curah hujan dan penyebarannya, topografi dan
lain-lain. Oleh karena itu setiap pastura sebaiknya diisi dengan ternak sesuai
dengan kemampuannya.
Taksiran kapasitas
tampung pastura dapat didasarkan pada jumlah hijauan yang tersedia. Analisis
ini memerlukan pengambilan sejumlah cuplikan (sampel) karena melakukan
pengamatan secara langsung pada setiap bagian pastura akan menyebabkan
inefisiensi. Penentuan letak petak-petak cuplikan dapat dilakukan dengan metode
: Pengacakan, Stratifikasi dan Sistematik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fitter dan Hay (1992) menyatakan bahwa cahaya termasuk faktor lingkungan yang penting, karena peranan yang
mendasar dari fotosintesis didalam metabolisme tanaman. Secara fisilogis cahaya
mempunyai pengaruh baik lansung maupun tidak langsung pengaruh pada metabolisme
secara langsung melalui fotosintesis dan secara tidak lansung melalui
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut pendapat Gardner
dkk (1985) menyatakan bahwa setiap spesies tanaman ternak akan menberikan
Respon yang berbeda terhadap tingkat cahaya yang diterimah. Pada umumnya
tanaman C4 mampu meningkatkan
fotosintesis pada tingkat cahaya matahari penuh,sedangkan C3 telah mencapai
kejenuhan sebelum mencapai matahari penuh.
Penyebaran ternak tidak
hanya untuk menambah populasi tetapi merupakan upaya penyebaran atau pemerataan
pemilikan ternak kepad petani kecil, penyebaran pemilikkan diharapkan dapat
memanfaatkan sumber pakan yang tersebar dan tenaga kerja sisa yang ada pada
keluarga petani di pedesaan, khususnya untuk ternak ruminasia, penyebaran ini
sekaligus untuk mendorong pemanfaatan tenaga kerja dan kotoran ternak dalam
usaha tani. Potensi lahan untuk setiap daerah berbeda dan mempunyai faktor
pembatas yang berbeda pula, diantaranya keadaan topografi, iklim, sumber air
dan jenis tanaman yang dikembangkan, keadaan ini angat menetukkan pemilihan
daerah pengembangan ternak ruminansia.
Susetyo (1980) menyatakan bahwa komposisi botani suatu
padang pengembalaan tidak selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi
lahan dan pemanfaatan oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia.
Gambaran umum produksi riil optimum padang
penggembalaan dapt dicapi apabilah komponen kacang-kacangan berkisar antara
30-40% bahan kering (Kismono,1979).
Kapasitas tampung mempunyai hubungan ynag erat denga
produksi ternak yang dihasilkan (Humpreys, 1978: Susetyo, 1980). Nitis (1979)
menyatakan bahwa produksi rumput yang tumbuh ditanah sawah, kebun, hutan dan
pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton BK/tahun sedangkan pengunaan sekitar
1,5 ton BK/tahun. Kapasitas tampung ternak ruminansia disuatu wilayah
menunjukkan populasi maksimum suatu jenis ternak ruminansia yang ada diwilayah
tersebut selanjutnya kapasitas tampung ternak dihitung atas dasar ketersediaan
dan produktivitas lahan. Kapasitas tampung disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh iklim,
produktivitas tanah, dan pola pertanian yang dilakukan didaerah tersebut. Menurut Syarief, (1980) menyatakan bahwa
komponen iklim yang terpenting untuk daerah tropik adalah curah hujan, tinggi
rendahnya curah hujan disuatu daerah berpengaruh langsung terhadap tingkat
kesuburan dan pertumbuhan tanaman, bila pertumbuhan tanaman terganggu maka
produksinya terganggu pula
Tjitrosoedirjo
(1983) menyatakan bahwa kompetisi adalah salah satu corak hubungan antara
keadaan lingkungan di sekitarnya yang berinteraksi dan selanjutnya keadaan
lingkungan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan yang lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kompetisi adalah spesies tanaman, kepadatan/kerapatan tanam,
persaingan cahaya, persaingan air dan persaingan nutrisi. Menurut Soedomo
reksohadiprodjo (1981) bahwa bagi kebanyakan cultivar tanaman, panjang siang
hari atau panjang malam hari penting untuk terjadinya bunga dan adanya reaksi
kekuatan untuk berbunga. Stylo merupakan legum yang tidak tolerant terhadap
naungan. Sillar (1967) menujukan bahwa pengurangan sampai legum hanya mengalami
0.74 % dari panjang siang hari
menurunkan pertumbuhan tunas sebanyak 47 %, sedangkan naungan sampai
menyebabkan peguragan panjang siang hari sampai hanya 0,38 % akan menyebabkan
kematian sebanyak 33%.
Faktor penghambat
|
Kelas kemampuan
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1. Tekstur tanah
a. Lapisan atas
b. Lapisan bawah
|
Kasar
Agak Halus
0-3 (datar)
|
Agak Kasar
Agak Kasar
3-8 (berombak)
|
Agak Kasar
Halus
8-15 (agak miring)
|
2.Lereng permukaan
|
Agak Baik
|
Agak Baik
|
Agak Jelek
|
3. Drainase tanah
|
Sedang
|
Sedang 50 cm
|
Sedang 50 cm
|
4.Kedalaman efektif
|
Sedang
|
Ringan
|
Tidak ada
|
5. Keadaan erosi
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Sedikit (0-15%)
|
6. Kerikil/ batuan
|
Terkadang
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
Tabel 4.
Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan
Pastura adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi
hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak
ruminansia (Parakkasi, 1999), sehingga dapat disebut sebagai padang
penggembalaan. Sebelum adanya mekanisasi pertanian, padang rumput adalah sumber
makanan utama untuk penggembalaan ternak seperti kuda dan sapi. Hal tersebut
masih digunakan secara ekstensif, terutama sekali di daerah kering apabila
padang rumput daratan tidak cocok untuk produksi pertanian. Di daerah yang
lebih lembab, padang rumput penggembalaan dimanfaatkan secara ekstensif dalam
bentuk “free range” dan pertanian organik. Pastura terdiri dari
rumput-rumputan, leguminosa maupun hijauan lain (Wikipedia, 2008).
Menurut Reksohadiprodjo (1985), pastura terdiri dari
beberapa macam, yaitu pastura alam, pastura alam yang sudah ditingkatkan,
pastura buatan (temporer), dan pastura dengan irigasi. Padangan yang terdiri
dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama
sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang
penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan
floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Pastura alam
yang sudah ditingkatkan. Spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan
belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya
sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan
mengatur pemotongan (defoliasi).
Pastura buatan (temporer). Tanaman makanan ternak dalam
padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat
menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian. Pastura dengan
irigasi. Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat
sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama
2 sampai 4 hari.
Ciri-ciri pastura yang baik antara lain produksi bahan kering
tinggi, kandungan
nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar, tahan renggutan dan injakan serta tahan dari
musim kemarau, mudah dalam pemeliharaan, tingkat daya tumbuh cepat,
mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman
legume dan ekonomis dan
mempunyai palatabilitas yang tinggi. Pemilihan jenis rumput dan legume yang akan ditanam di pastura
bergantung kepada jenis ternak, keadaan topografi dan jenis tanah, kegunaan
(disengut langsung oleh ternak / dipotong), metode penggembalaan yang akan
digunakan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan
pastura antara lain : “Soil fertility” (kesuburan tanah), “species of plant”
(jenis tanaman) dan “stock control” (pengendalian penggembalaan ternak).
Setyati (1983) mengemukakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesuburan
tanah adalah tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Tingkatan
tersebut tergantung banyak faktor diantaranya adalah kelarutan zat hara, PH,
kapasitas pertukaran kalori (KPK), tekstur tanah dan jumlah zat organiknya. Kemampuan
suatu tanaman untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya dari faktor genetik
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Disini dapat
dikemukakan suatu contoh bahwa familia gramineae (Rumput-rumputan) mempunyai
pembawaan yang berbeda dibandingkan dengan tanaman dai familia leguminoceae
(Whiteman, 1980).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pengelolaan padang pengembalaan ini yaitu semua perlakuan pada proses-proses untuk mengukur suatu kelayakan padang pengembalaan diberikan perlakuan berbeda dimaksudkan untuk mengetahui hijauan
mana yang lebih bagus menghasilkan pertumbuhan serta perkembangan yang baik
untuk diberikan kepada ternak.
Pengukuran kapasitas tampung pada lokasi padang penggembalaan mempunyai nilai
produksi yang bagus karena terdapat banyak rumput dan legum untuk hijauan
ternak.
5.2 Saran
Setelah selesainya praktikum ini sebaiknya mahasiswa
dapat memahami hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut dan
penulis mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaannya laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat jenderal peternakan.
1985. Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan pengembangan peternakan. Fakultas
Peternakan IPB. Bogor .
Fitter, A.H . dan R.K.M Hay .1992. Fisiologi Tanaman. Edisi Bahasa Indonesia .
Gadjah Mada Universitas Press.Yogyakarta.
Gardner.F.P.R.B. Pearce ,R.L.
Mitchell.1985. Physiology of crop Plants.Lowa State Uneversity Press;Ames
. Lowa.
Humpreys, L.R. 1978. Pasture Species
Nutritive and management. In Acaurse manual in tropical Pasture Science.
Australia Vice chancellors committee. Watson ferguson
and Co, ltd. Brisbane .
Ilyas, A. Z. 1992. Kebijakan
pembagunan peternakan rakyat. Makalah utama seminar nasional Fakultas
Peternakan. UNJA. Jambi.
Kismono, L. 1979. Pasture
Establishment. Fakultas peternakan IPB. Bogor
Moenandir, J . 1998. Persaingan
Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali. Press.Jakarta.
Mulyadi, D. 1980. Potensi Lahan
Aspek kesuburan tanah dan pengelolaannya dalam kaitanya dengan kemungkinan
pengembangan di Indonesia .
Pusat Litbang. Bogor .
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi
Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Yogyakarta .
Susetyo .S. 1980 .Padang Penggembalaan.
Departemen ilmu makanan ternak. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor .
Syarief. S. 1980. Beberapa Masalah
Pengawasan Tanah Dan Air. Publikasi ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran. Bandung
Tjitrosoedirjo. S , I, S .Utomo dan
J wiroatmojo.1983. Pengelolaan Gulma dari
Perkebunan.Gramedia ,Jakarta .